February 12, 2009

Quotation from Mas Rudi

Pada saat kuliah Bor II bersama mas Rudi, Senin kemarin, beliau mengatakan suatu hal yang kayaknya sepele, tapi sebenarnya maknanya sangat mendalam. Waktu itu beliau berkata, “Kalo sedang kerja kita mesti serius, kalo lagi libur juga harus serius. HPnya dimatiin, jangan terima telepon, lupakan semua pekerjaan, nikmati liburannya”. Ungkapan ini benar-benar mencerminkan profesionalitas beliau. Dan artinya jika kita ingin menjadi seorang yang profesional, kita harus berkonsentrasi pada apa yang sedang kita lakukan agar hasilnya pun maksimal. Coba deh dilakukan, pasti akan menjadikan kita lebih baik.

Fakta Unik: Kucing Nan Menggemaskan


Disadur dari E-Book Kumpulan Fakta Unik, tulisan Yulius Haflan

Siapa sih yang tidak mengenal dengan makhluk nan gemesin ini. Mulai dari kucing kampung yang sering nyolong ikan asin hingga kucing model persia yang dimanja dan sering pergi ke salon. Perilakunya pun sangat menggemaskan. Hewan ini sangat kooperatif dengan manusia.

Namun ternyata dibalik lucu dan gemesnya makhluk ini, ternyata menyimpan satu potensi bahaya yang cukup besar. Si puss ini ternyata bisa menjadi media yang tepat dalam menyebarkan sejumlah bibit penyakit dan virus. Mulai dari tokso hingga yang namanya rabies yang sangat mengerikan. Untuk menambah pengetahuan kita semua, berikut ini adalah sejumlah fakta unik yang patut kita simak:

1. Tahukah kamu, kucing (Felis silvestrid-catus), terutama kucing rumah adalah salah satu hewan predator paling hebat di dunia. Kucing ini mampu membunuh dan atau memakan beberapa ribu species, mengalahkan kucing besar (seperti singa, harimau, dan sejenisnya) yang hanya mampu memangsa kurang dari 100 species. Namun karena ukurannya terbilang kecil, maka tidak berbahaya bagi manusia (syukurlah...). Namun tetap saja sangat berbahaya apabila kucing ini terinfeksi rabies.

2. Kucing telah berasosiasi dengan kehidupan manusia sekurangnya sejak 3500 tahun yang lalu. Ketika itu orang Mesir kuno telah menggunakan kucing untuk mengusir hama tikus dan hewan pengerat lainnya dari hasil panen mereka. Namun, percaya atau tidak, di dunia ini hanya terdapat 1% populasi kucing di dunia yang termasuk galur murni atau kucing ras. Sisanya adalah kucing hasil pencampuran dari berbagai ras atau biasa yang kita sebut sebagai kucing kampung. Karena itu, kucing ras termasuk kucing yang paling sering dicari dan mahal harganya.

3. Di Indonesia, suara kucing sering ditulis dengan kata "Meong". Dalam bahasa Inggris yang digunakan di Amerika, suara kucing sering ditulis dengan "Meow". Di negara Inggris sendiri, suara kucing ditulis "Miaow". Kalau bahasa Jepang sering ditulis dengan kata "Nya".

4. Kucing biasanya memiliki berat badan antara 2,5 hingga 7 kg dan jarang melebihi 10 kg, kecuali diberi makan berlebih, si pussy bisa mencapai berat badan 23 kg. Dalam penangkaran, kucing dapat hidup selama 15 hingga 20 tahun, dimana kucing tertua pernah diketahui berusia 36 tahun! Kucing liar yang hidup di lingkungan urban modern hanya mampu hidup selama 2 tahun atau bahkan kurang dari itu.

5. Kucing termasuk hewan yang sangat bersih. Mereka sering merawat diri dengan menjilati rambut mereka. Saliva atau air liur mereka adalah agen pembersih yang kuat. tapi dapat memicu alergi pada manusia. Kadangkala kucing memuntahkan semacam hairball atau gulungan rambut yang terkumpul di dalam perutnya. Sementara itu kucing dapat menyimpan energi dengan cara tidur lebih sering ketimbang hewan lain. Lama tidur kucing bervariasi antara 12 - 16 jam per hari, dengan angka rata-rata 13 - 14 jam. Tapi tidak jarang dijumpai kucing yang tidur selama 20 jam dalam satu hari!

6. Percaya atau tidak, di abad pertengahan kucing dianggap berasosiasi dengan penyihir dan sering dibunuh dengan cara dibakar dan dilempar dari tempat tinggi. Sejumlah ahli sejarah percaya bahwa wabah Black Death atau wabah pes menyebar dengan cepat di Eropa pada abad ke-14 akibat tahyul itu. Hal itu disebabkan banyaknya pembunuhan kucing yang dilakukan sehingga meningkatkan populasi tikus yang membawa wabah pes tersebut.

Retention Time

Disarikan dari asistensi kuliah Pengolahan Lapangan dan Transportasi pada tanggal 11 Februari 2009, oleh Garry dkk.
Retention time adalah waktu minimal yang diperlukan oleh campuran fluida untuk memisah secara gravitasi di dalam suatu tanki, dalam hal ini adalah separator.
Untuk itu, retention time dapat juga diartikan sebagai waktu yang paling lama yang dialami oleh suatu droplet untuk dapat keluar dari continuous phase yang berbeda fasa yang ada di sekitarnya. Artinya, retention time ditentukan oleh droplet yang memiliki terminal velocity paling lambat. Logikanya begini, kalau yang paling lambat sudah berhasil memisah, berarti yang lain juga sudah terpisah.
Berdasarkan persamaan settling dan rising :
Settling
Rising
(formulanya lupa bawa, sorry ^_^)
Pada kondisi laminar, CD = 24/Re
Dari kedua persamaan di atas, terlihat bahwa kecepatan terminal yang paling kecil dimiliki oleh bubble gas yang mengalami rising, dengan ukuran bubble yang paling kecil.
Jika ukuran droplet yang paling kecil dan mengalami rising dapat diketahui, maka retention time dapat dihitung dengan rumus :
Retention time = H/Vt
Dengan H adalah panjangnya continuous phase yang harus dilalui oleh bubble yang paling kecil sehingga dapat bergabung dengan kawan-kawannya sesama kaum gas, yang ada di atas minyak. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

Solusi analitik Persamaan Difusivitas Radial (Kondisi Infinite Acting)

Disarikan dari kuliah Teknik Reservoir II tanggal 10 Februari 2009
Kondisi infinite acting adalah kondisi ketika reservoir seakan-akan tidak terbatas, artinya efek dari batas reservoir belum dirasakan/ transien tekanan belum mencapai batas reservoir. Jika digambarkan adalah sebagai berikut.
Untuk menentukan solusi persamaan difusivitas radial, perlu didefinisikan terlebih dahulu suatu variabel yang tak berdimensi, yaitu :
Dimensionless pressure, PD = kh(Pi-P)/(α2qµB)
Dimensionless time, tD = α1 kt/(��µCt rw2)
Dimensionless drainage radius, reD = re/rw
Dimensionless radius, rD = r/rw
Jika persamaan difusivitas radial dinyatakan dalam parameter tak berdimensi, menjadi :
Terdapat dua macam asumsi yang digunakan untuk menentukan solusi dari persamaan difusivitas radial pada kondisi infinite acting, yaitu :

  • Mengasumsikan sumur sebagai suatu garis, artinya jari-jari sumur 0. Solusinya disebut line source solution.
Pada kondisi ini :
Initial Condition : PD(rD,0)=0
Outer boundary condition : PD(rD∞, tD) = 0
Inner boundary condition : (rD*PD/rD)= - 1, rD0
Dengan berbagai operasi matematika, dan dengan memperhatikan initial condition dan boundary condition, didapatlah solusi sebagai berikut, yang masih dalam ruang laplace, dan harus dilakukan invers untuk mendapatkan solusi yang real :
K0 adalah modified Bessel function of first kind

  • Sumur memiliki dimensi, artinya jari-jari sumur finite. Disebut cylindrical source solution.
Initial Condition : PD(rD,0)=0
Outer boundary condition : PD(rD∞, tD) = 0
Inner boundary condition : (rD*PD/rD)= - 1, rD1
Solusinya adalah :
Dengan K1 adalah modified Bessel function of second kind

Gas Lift Operation (1)

Disarikan dari kuliah Artificial Lift tanggal 10 Februari 2009
Kategori sumur produksi:

  • Hi productivity index (PI), hi bottomhole pressure (BHP)

  • Hi PI, low BHP

  • Low PI, hi BHP

  • Low PI, low BHP
Suatu PI dikatakan tinggi jika >0.5 stb/day-psi dan rendah jika ≤0.5 stb/day-psi. Sedangkan kriteria BHP yang tinggi yaitu jika static BHP dapat men-support ≥70 % kolom fluida di dalam sumur, dan rendah jika static BHP men-support <40>
Dari segi operasionalnya, metode gas lift dibagi menjadi 2:

  • Continuous gas lift : gas diinjeksikan secara kontinu ke dalam tubing lewat annulus. Metode ini biasa dilaksanakan pada saat tekanan reservoir masih tinggi dan pada sumur dengan PI yang tinggi pula. Metode ini prosedurnya lebih mudah dilakukan karena tidak perlu dilakukan pengaturan time cycling.

  • Intermittent gas lift : gas diinjeksikan secara periodik ke dalam tubing. Metode ini dilakukan pada saat tekanan reservoir sudah mulai turun, dan juga pada sumur dengan PI yang rendah.
Dalam memilih metode gas lift yang akan dilakukan harus diperhitungkan berbagai aspek, mulai dari ketersediaan gas, biaya, rate yang dihasilkan, dll.
Dalam melakukan perencanaan sumur gas lift, perlu dilakukan hal-hal berikut:

  • Liquid flow analysis : berapa rate yang akan dihasilkan dengan dilakukannya gas lift ini. Ini disebut sebagai gas lift potential.

  • Gas flow analysis : berkaitan dengan berapa jumlah gas yang harus diinjeksikan.

  • Unloading process analysis : berkaitan dengan peletakan/spacing subsurface valve.

  • Valve characteristic analysis : berkaitan dengan pemilihan subsurface valve.

  • Installation design.


  1. Evaluation of gas lift potential
Untuk mengetahui gas lift potential, dapat dilakukan Nodal Analysis dengan menambahkan valve dan gas input pada tubing.
GLR di atas node = GLR injection + GLR formation
GLR injection = qinjection gas/qliquid
Nodal Analysis :
Pwf - pressure drop below node = Pwh + pressure drop upside of node
dP di bawah node = f(q, GLR formasi, dll)
dP di atas node = f(q, GLR total, dll)

berdasarkan ketersediaan gas, yaitu unlimited dan limited, analisis untuk penentuan jumlah gas yang harus diinjeksikan agar diperoleh hasil yang maksimal adalah :

  • Jika jumlah gas tidak terbatas. Hal ini bisa terjadi pada lapangan yang memproduksi gas dalam jumlah besar. Untuk mengetahui jumlah gas yang optimal, dapat dilakukan nodal analysis yang digambarkan pada grafik di bawah ini
Jika q operasional diplot terhadap GLR(total, yaitu GLR di atas injection valve), didapat grafik di bawah ini :
Akan didapat nilai GLR optimum. Jika jumlah gas tidak terbatas, artinya kita bebas menggunakan gas dalam jumlah berapapun, jumlah gas yang harus diinjeksikan dapat dihitung dengan cara di bawah ini :
GLR injeksi = GLR total – GLR formasi
q injeksi = GLR injeksi * q liquid.

  • Jika jumlah gas terbatas, rumus yang dapat dipakai adalah :
GLR total = GLR formasi + (qinjeksi/q liquid)
Untuk menentukan q liquid yang dihasilkan dengan jumlah gas yang ada, perlu dilakukan trial and error, karena berdasarkan grafik GLR vs q di atas, q adalah f(GLR), sedangkan pada rumus di atas, ada dua parameter yang belum diketahui, yaitu GLR total dan q liquid itu sendiri.


  • Gas Flow Requirements (outflow from compressor)
Pada kondisi lapangan, umumnya satu kompresor harus dapat mensuplai kebutuhan gas untuk lebih dari satu sumur gas lift, bahkan hingga puluhan. Untuk mengetahui jumlah gas yang harus dikeluarkan dari kompresor adalah jumlah dari semua kebutuhan sumur gas lift yang ada pada kondisi puncak operasi ditambahkan dengan safety factor sebesar 5 %.

Persamaan Difusivitas Radial Untuk Aliran Multifasa dan Fluida Kompresibel

TeknTulisan ini disarikan dari kuliah Teknik Reservoir II yang diasuh oleh Mas Asep a.k.a Dr.Ir. Asep Kurnia Permadi, pada tanggal 9 Februari 2009 + slide dari Mas DA a.k.a Dr.Ir.Doddy Abdassah.
Pada kuliah sebelumnya, telah dijelaskan mengenai penyusunan persamaan difusivitas radial untuk fluida slightly compressible, yang disusun berdasarkan 3 persamaan:

  • Persamaan kontinuitas

  • Persamaan Darcy (Equation of Motion)

  • Persamaan Keadaan (Equation of State)
Dan dengan memasukkan berbagai asumsi, meliputi:

  • Aliran laminar

  • Fluida slightly compressible

  • Aliran yang terjadi radial cylindrical

  • Media aliran homogen, isotropic

  • Dll
Didapatlah persamaan difusivitas radial sebagai berikut:
Kemudian, bagaimana jika yang mengalir adalah fluida multifasa, ataupun fluida kompresibel (gas)?

Aliran Multifasa
Menurut Martin, persamaan aliran untuk aliran 3 fasa di dalam media berpori, dengan mengabaikan efek gravitasi dan kompresibilitas batuan adalah sebagai berikut :
Dengan melakukan manipulasi matematis, meliputi product rule dan chain rule, dengan mempertimbangan :
Permeabilitas relatif(k) = fungsi saturasi(S)
Saturasi(S), viskositas(µ), faktor volume(β), gas liquid ratio(R ) = fungsi tekanan
didapatlah persamaan berikut:

dengan asumsi bahwa perubahan tekanan dan saturasi terhadap lokasi kecil, maka nilai – nilai ∇P.∇P, ∇P.∇So, dan ∇P.∇Sw dapat diabaikan.
Dengan asumsi di atas, maka persamaan (4), (5), dan (6) menjadi :

Dengan eliminasi 2P dari persamaan (7), (8), dan (9) akan diperoleh sistem ODP sebagai berikut:
Di mana tanda aksen menyatakan derivatif terhadap P, Ct adalah kompresibilitas total, dan λ adalah perjumlahan dari mobilitas tiap fasa fluida, dengan:
Dengan mengkombinasikan persamaan (10) dan (11), didapat :

yang bentuknya mirip dengan persamaan difusivitas untuk fluida slightly compressible, oleh karena itu dapat diselesaikan dengan metode yang sama untuk mencari solusi pada persamaan difusivitas untuk fluida slightly compressible.

Aliran Compressible Fluid
Untuk mendapatkan persamaan difusivitas untuk aliran compressible fluid sebenarnya sama saja dengan slightly compressible fluid. Hanya saja persamaan yang dihasilkan adalah nonlinear, sebab koefisien dalam persamaan difusivitas tersebut adalah fungsi (strong function) dari dependent variable. Dalam hal ini, yang menjadi koefisien adalah kompresibilitas dan viskositas, sedangkan dependent variable-nya adalah tekanan. Agar persamaan ini dapat diselesaikan, perlu dilakukan suatu linearisasi. Salah satunya adalah dengan mengumpulkan variabel-variable yang merupakan fungsi tekanan, dengan tekanan itu sendiri, sehingga didapatkan variable baru, yang berfungsi sebagai dependent variable untuk menggantikan tekanan, yang telah mencakup semua parameter yang merupakan fungsi dari tekanan. contohnya adalah pseudopressure, yang didefinisikan sebagai berikut :

Dengan menerapkan pseudopressure, persamaan difusivitas menjadi linear, dan dapat ditentukan solusinya.

Ringkasan Kuliah Bor II, Minggu ke-2

Tulisan ini disarikan dari kuliah Teknik Operasi Pemboran II, yang diasuh oleh mas Rudi a.k.a Dr.Ir. Rudi Rubiandini R.S. pada tanggal 9 Februari 2009. Mas Rudi ini termasuk salah satu dosen terbaik yang dimiliki oleh Teknik Perminyakan ITB.
Perlu diketahui, bahwasanya pola mengajar beliau termasuk unik, yaitu begitu beliau masuk langsung bilang,”silakan”. Maksudnya adalah mempersilakan mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan, dan materi kuliah yang beliau sampaikan adalah berdasarkan pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa. Dan yang menarik juga, apabila tidak ada pertanyaan, kuliahnya selesai walaupun baru berlangsung 15 menit.
Konsekuensinya, karena materi yang disampaikan adalah berdasarkan pertanyaan mahasiswa, kuliah menjadi kurang terstruktur dan loncat-loncat. Seperti yang terangkum pada tulisan di bawah ini.
Tulisan berikut meliputi 3 bab, yaitu rig performance, perkiraan biaya pemboran, dan asal mula tekanan abnormal.

  • Hoisting speed, yaitu kecepatan pengangkatan rangkaian drillstring dari lubang bor oleh drawwork. Pada saat triping out untuk mengganti bit, seluruh rangkaian drillstring harus diangkat dari lubang bor. Ditariknya drillstring dari lubang bor ternyata akan menimbulkan timbulnya efek sedotan (swab effect) yang mengakibatkan berkurangnya berat lumpur.

ECD = MW - swab effect.

ECD=berat lumpur relatif akibat adanya swab effect
MW=berat lumpur sesungguhnya
Dan ini tentu saja berbahaya, sebab apabila ECD <>
Agar ECD tetap lebih besar dari EMW, maka berat lumpur yang harus dipakai adalah:

MW = EMW + Trip Margin

Trip Margin = Yp/117(Dh-Dp)
Yp = yield point lumpur
Dh = diameter lubang
Dp = diameter drillpipe
Jika data di atas tidak diperoleh, trip margin didekati dengan nilai 0.3 ppg.
Sedangkan saat lumpur disirkulasikan, ECD = MW + (Pannulus/Depth)

  • Metode cost/foot untuk kriteria pemilihan dan penggantian pahat/bit.

CPF = cost per foot, US $/ft
B = biaya yang berkaitan dengan pembelian (tidak terikat waktu), US $
R = biaya sewa rig, US $/jam
Tr = rotary time, jam
Tt = tripping time, jam
Rt = biaya sewa alat, US $/jam
T = waktu sewa alat, jam
DC = biaya yang dihitung untuk tiap kedalaman, US $/ft
F = footage, pertambahan kedalaman yang bisa diperoleh, ft.
Tipikal grafik untuk cost per foot adalah
Pembelokan grafik sangat dipengaruhi oleh performance dari bit, dengan asumsi cost-cost yang lain konstan. Semakin bagus bit, titik belok akan terjadi pada footage yang lebih besar.


  • Asal Mula Tekanan Abnormal
Tekanan abnormal adalah tekanan yang nilai gradien tekanannya lebih besar daripada gradien tekanan normal (0.465 psi/ft atau EMW = 9 ppg).
Dari penjelasan yang disampaikan, pada intinya tekanan abnormal terjadi akibat adanya fluida yang mengalami tekanan, sementara fluida tersebut juga terisolasi dari sistem tekanan di atasnya.
Diagram tekanan pada batuan dapat digambarkan sebagai berikut:
Poverburden = Pformasi + Pantarbutir
Dengan asumsi gradien overburden seragam, jika tekanan pada butiran berkurang/gradiennya semakin kecil(trend normalnya, semakin dalam batuan, tekanan butir akan semakin besar) gradien tekanan pori bertambah terjadi tekanan abnormal. Salah satu indikasi adanya tekanan abnormal adalah pada daerah yang dalam, porositas batuan tetap besar.
Sedangkan penyebab tekanan abnormal yang lain adalah perbedaan densitas fluida, yang dapat dijelaskan menggunakan prinsip manometer tertutup.
Pada kedalaman 8000 ft, karena merupakan daerah normal, gradien tekanannya adalah 0.465 psi/ft atau EMW=9 ppg, sedangkan nilai tekanannya adalah
P = 0.465 psi/ft * 8000 ft = 3720 psi
Untuk menghitung tekanan pada kedalaman 6000 ft (zona target) persamaan yang digunakan adalah :
P@8000 ft = P@6000 ft + (0.052*ρgas*ΔD)
P@6000 ft = P@8000 ft – (0.052*ρgas*ΔD)
= 3720 psi – (0.052*2 ppg *2000 ft)
= 3720 – 208 = 3512 psi
Jadi gradien tekanan pada zona target (6000 ft) adalah :
Grad = P/D
= 3512 psi/6000 ft
= 0.58533 psi/ft
Atau dengan EMW = grad/0.052 = 0.58533/0.052 = 11.2564 ppg gradien abnormal

  • Cara untuk mendeteksi tekanan abnormal dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap log akustik, resistivity, ataupun density log, yaitu dengan terlebih dahulu menentukan trend normalnya, kemudian jika terdapat nilai log yang menyimpang dari trend normalnya, dapat diindikasikan merupakan daerah dengan tekanan abnormal.


February 08, 2009

Volley is in My Blood

Volley is in my blood. This statement can be compared with Ayrton Senna's “Racing is in my blood”(please correct if it wrong). When I play volleyball, I got an amazing sensation, especially when I am spiking and it “kills” the opponent. And you know, spiking is the most difficult action in volleyball, I guess, because it need the good combination among footstep, jumping, timing, and hand swinging. But, if it's done well, you'll feel like your body blows—it's the real satisfaction.
Today, I and other guys from petroleum engineering volleyball team were involved in a semifinal of volleyball tournament, that become a part of 2009 ITB Olympics, againts civil engineering. Different with the game a day before, when we won againts aerospace engineering, today we lost.
Nevertheless, I quite proud about my performance that got better than previous game, by succesfully did several spikes.
And after today's game, we must get ready to face the next one, to achieve the bronze medal againts electrical engineering, and I hope, we will win this game. God bless us all.


February 07, 2009

Dasar-Dasar Pemisahan Fasa


Disarikan dari kuliah Pengolahan Lapangan dan Transportasi (PLT) yang diasuh oleh mas Leks a.k.a Dr.Ir. Leksono Mucharam pada tanggal 6 Februari 2009.

Dasar pemisahan fasa liquid dan gas
Pada proses produksi hidrokarbon, pemisahan fasa antara air, minyak, dan gas terjadi di dalam separator.

Metode pemisahan fasa ada beberapa jenis. Yang akan dibahas di sini adalah dengan metode gravitasi, yang terdiri atas settling dan raising.

  1. Settling /pengendapan
Settling dapat diartikan sebagai proses turunnya butiran liquid di dalam fasa gas pada separator, atau proses mengendapnya fasa yang lebih berat di dalam fasa ringan, misal air dalam minyak. Ketika fluida dari sumur masuk ke separator, gas dan liquid tidak akan langsung terpisah secara sempurna. Di fasa gas masih ada butiran-butiran minyak (droplet) yang akan turun akibat gravitasi dan bergabung dengan fasa minyak yang ada di bagian bawah yang berarti akan terjadi proses pemisahan fasa secara sempurna. Proses turunnya butiran minyak dari fasa gas dapat dipahami dengan melihat diagram gaya sebagai berikut :
Pada proses settling, berlaku gaya-gaya sebagai berikut:

  • Drag force/gaya gesek yang terjadi antara butiran minyak dengan fasa gas, yang besarnya
Di mana CD = koefisien drag, A = luas cross section dari butir, vt = kecepatan terminal, dan ρ = densitas dari fasa kontinu, dalam hal ini adalah gas.

  • Bouyancy force/gaya apung, terjadi akibat perbedaan densitas antara 2 fasa, yang besarnya
Vd = volume butir


  • Gravity force/gaya gravitasi, yang besarnya


Pada kondisi setimbang, akan berlaku persamaan gaya sebagai berikut:
Dengan d=diameter butir

Nilai vt (terminal velocity) menjadi dasar dalam desain separator, yaitu yang menentukan nilai settling time (waktu yang diperlukan oleh kedua fasa untuk berpisah). Dengan mengetahui kecepatan terminal, dan settling time ditentukan, maka dimensi separator dapat dihitung. (ralat, untuk Vterminal seharusnya bukan 2/3x...., tapi 4/3x....)


  1. Raising /pengangkatan (tapi mas Leks nulisnya rising yang artinya terbit. Aku juga sempat bingung)
Raising adalah proses naiknya gelembung gas dari fasa minyak di dalam separator. Diagram gaya yang berlaku terhadap gelembung gas hampir sama dengan yang terjadi pada proses settling.


Sedangkan persamaan gaya yang terjadi adalah :


Dari persamaan di atas, juga didapatkan nilai terminal velocity untuk naiknya bubble gas di dalam fasa liquid.



February 06, 2009

Belajar Kelompok Dapat Meningkatkan Efisiensi Belajar


Dari hasil perkuliahan semester lalu yang kurang optimal, aku melihat ada beberapa hal yang menjadi penyebab. Salah satunya adalah belajar yang tidak efisien.

Oleh karena itu, mulai semester ini, aku akan mulai menerapkan sistem belajar kelompok yang dilakukan secara rutin sejak awal masa kuliah.

Apa aja sih kelebihan belajar kelompok yang rutin, sehingga dapat meningkatkan efisiensi belajar?

Pertama, beban belajar menjadi tidak terlalu berat. Jadi, materi yang didapat dalam satu minggu palingan cuma ½ sampai 1 bab, dan juga materinya masih fresh. Beda kalo belajarnya ditumpuk di akhir kuliah, pas mau ujian, bahan yang dikasih di minggu-minggu awal mungkin sudah agak lupa, dan secara psikologis juga akan lebih terbebani, karena materinya menjadi terasa banyak banget.

Kedua, dengan belajar kelompok, ada kesempatan untuk saling bertanya dan menjawab. Hal ini merupakan suatu simbiosis mutualisme. Yang bertanya dapat ilmu, sedangkan yang ditanya, ilmunya tambah mantep.

Ketiga, waktu belajar kelompok bisa sambil ngerjain tugas dan juga dapat saling sharing tentang tips belajar ataupun strategi dalam menghadapi ujian. Hal ini nggak bisa dilakukan kalo belajar sendirian.

Trus, bagaimana belajar kelompok yang baik itu?

- Yang menjawab jangan hanya orang-orang itu saja, sehingga kesannya kayak wawancara aja. Seharusnya semua orang saling memberikan jawaban atas masalah yang sedang dibahas. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum belajar kelompok harus ada persiapan terlebih dahulu, jangan kosong otaknya.

- Jangan cuma ngerjain soal aja, tapi juga harus belajar dari konsepnya, sebab percuma kalo bisa ngerjain soal tapi gak tau konsepnya.

- Belajar kelompok dilaksanakan di waktu luang, sebab menurutku, materi akan lebih mudah diserap di saat waktu luang (tidak terburu-buru) dan jumlah materinya sedikit.

Gitu aja sih.............

Postingan pertamaku - Pengantar Artificial Lift - Gas Lift



Tulisan ini adalah postingan pertamaku yang disarikan dari kuliah teknik pengangkatan buatan (artificial lift) yang diasuh oleh mas Pudjo a.k.a Dr. Ir. Pudjo Sukarno, tgl 5 Februari 2009.
Dalam produksi hidrokarbon, terutama minyak bumi, sumur dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Flowing well, yaitu jika Pwf = Pseparator + pressure drop di tubing (dPtubing) + pressure drop di flowline(dPflowline), termasuk pressure drop choke, valve, dll, sehingga hidrokarbon dapat mengalir secara alami menuju separator.
- Unflowing well, jika Pwf <>


















Terlihat bahwa kurva IPR dan TPR tidak berpotongan, yang artinya tidak didapat nilai tekanan dan rate operasional. Untuk sumur jenis ini, dibutuhkan pengangkatan buatan. Terdapat beberapa jenis pengangkatan buatan, yaitu:
- Gas Lift
- Sucker Rod Pump (SRP)
- Electric Submersible Pump (ESP)
- dll.
Terdapat 2 konsep dalam teknik pengangkatan buatan (artificial lift):
a. Menurunkan gradien aliran di dalam tubing yang didasarkan pada persamaan pressure drop dalam pipa, yaitu


Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa parameter ρ (densitas) sangat dominan. Maka, dengan menurunkan densitas, diharapkan pressure drop akan berkurang, sehingga hidrokarbon dapat diangkat dengan Pwf dan Pseparator yang ada. Teknik yang menerapakan konsep ini adalah gas lift.
b. Memberikan energi tambahan terhadap aliran yang terjadi dalam sumur yang didasarkan pada persamaan mechanical energy balance:


Dengan menambahkan energi (W) ke dalam sistem aliran, diharapkan minyak dapat mengalir ke permukaan. Konsep ini diterapkan pada penggunaan pompa, baik itu SRP maupun ESP.
I. Gas Lift
Gas lift dilakukan pada sumur-sumur dengan gas-liquid ratio (GLR) yang rendah, sebab percuma jika dilakukan pada sumur ber-GLR tinggi yang notabene gasnya sudah banyak.
Berdasarkan pada pola aliran yang terjadi di dalam tubing, tujuan dari dilakukannya gas lift ada 2:
- Mengurangi densitas fluida dalam tubing. Untuk itu, pola aliran yang diharapkan terjadi adalah bubble flow, di mana gas terdistribusi secara merata dan berbentuk gelembung-gelembung kecil.
- Menahan kolom fluida yang ada di atas gas. Pola aliran yang diharapkan adalah slug flow.






















Figure 1 slug flow in tubing
Skema operasinal gas lift pada suatu sumur dapat dilihat pada gambar berikut






















Sedangkan di permukaan, sistem gas lift dapat digambarkan sebagai berikut:


Secara operasional, gas lift dibagi menjadi 2:
- Continuous : gas diinjeksikan secara terus-menerus ke dalam sumur.
- Intermittent : gas diinjeksikan secara periodik, yaitu ada periode injeksi dan ada periode tutup.
Dari skema yang terdapat di atas, sistem gas lift dapat dibagi menjadi beberapa subsistem:
a. Compressor subsystem
- Intake system
- Outlet system
- Choke
- Pressure gauge
b. Valve subsystem
c. Wellbore subsystem
d. Wellhead subsystem
- Production
- Injection
e. Separator subsystem.

Penjelasan mengenai tiap subsystem insyaAlloh akan diberikan pada kuliah selanjutnya.