tag:blogger.com,1999:blog-83095726216416354312024-03-14T04:14:02.366+07:00Kamar Ide Kang AditAditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.comBlogger64125tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-66640164359934216132011-02-04T17:08:00.000+07:002011-02-04T17:08:54.423+07:00Migrasi Blog IniDengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim, blog saya (www.insinyur-muslim.blogspot.com) ini telah dipindahkan ke blog saya yang baru.. Silahkan berkunjung ke <a href="http://insinyurmuslim.blogspot.com/">blog saya</a> (http://insinyurmuslim.wordpress.com).. Terima kasih..Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-24943055142448783322011-02-03T17:50:00.000+07:002011-02-03T17:50:48.546+07:00Krisis Mesir: Luka Lama yang Terkoyak<div style="text-align: justify;">Krisis yang terjadi di Mesir seakan-akan membuka lagi lembaran-lembaran kelam yang menjadi noktah dalam sejarah peradaban umat muslimin yang penuh dengan cahaya. Tentu saja ini semua terjadi dengan taqdir dari Alloh Subhanahu wata'ala, dan kita harus meyakini bahwa terdapat hikmah di balik semua kejadian ini. Lembaran-lembaran yang saya maksud ini antara lain fitnah pembunuhan Khalifah Utsman ibn Affan rodhiyallohu'anhu, Perang Shiffin, Perang Jamal, Pemberontakan Khawarij, hingga ke masa sekarang, seperti krisis di Aljazair, dan baru-baru ini di Tunisia.</div><div style="text-align: justify;">Mengapa saya mengaitkan krisis Mesir dengan peristiwa-peristiwa di masa lalu? Tentu saja karena kacamata yang saya gunakan bukanlah kacamata demokrasi, tetapi semuanya ditinjau dari kacamata syariat. Semua peristiwa itu secara syariat memiliki kesamaan, yaitu adanya pembangkangan/pemberontakan dari sekelompok orang muslim terhadap penguasa di negaranya yang notabene masih muslim, hingga timbul fitnah yang maha dahsyat, yaitu seorang muslim menumpahkan darah muslim lainnya, na'udzubillahi mindzalik. Presiden Husni Mubarak secara dhohir masih muslim, ini terlihat dari gambar-gambar di televisi yang menampakkan dia sedang berhaji. Kemudian, negara Mesir juga merupakan negara muslim, karena pemimpinnya seorang muslim, mayoritas penduduknya muslim, dan syiar Islam tampak jelas di negara tersebut. Demikian pula para pendemo yang menuntut Husni Mubarak turun, sebagian besar mereka adalah muslim. </div><div style="text-align: justify;">Secara syariat, saya melihat bahwa peristiwa ini terjadi karena para pendemo tidak mau bersabar terhadap kejahatan yang dilakukan penguasanya. Padahal, jika mereka mau membuka lagi kitab-kitab hadits, fiqih, dan perkataan para ulama, niscaya mereka akan menemukan bahwa Islam telah mengatur tatacara tentang sikap seorang muslim dalam menghadapi penguasanya yang dzolim, jahat, tetapi masih muslim secara dhohir. Berikut ini saya kutipkan pedoman syariat dalam bermuamalah dengan penguasa:</div><div style="text-align: justify;"></div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam bermuamalah dengan Wulatul Umur adalah manhaj yang adil dan pertengahan, yang tegak di atas asas ittiba' kepada atsar (sunnah-sunnah). Mereka ittiba' dan tidak berbuat bid'ah dan tidak mempertentangkan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan akal fikiran dan hawa nafsu mereka.</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal ini, Ibnu Mas'ud berkata: "ittiba'lah kalian dan jangan kalian ibtida' (berbuat bid'ah), karena kalian telah dicukupi (dengan syariah ini) dan setiap kebid'ahan adalah sesat." Beliau juga mengatakan: "hati-hatilah kalian dengan perbuatan bid'ah dan menfasih-fasihkan dalam berbicara masalah agama. Berpegang teguhlah kalian dengan atsar (sunnah) orang dahulu (Salafus Shalih)." (Al-Ibanah 1/321, 324)</div><div style="text-align: justify;">Di dalam kitab yang sama, Abul Aliyah Ar-Rayahi juga berkata: "Pelajarilah oleh kalian akan Islam. Bila kalian telah mempelajarinya maka kalian jangan membencinya. Dan berjalanlah kalian di atas jalan yang lurus, karena jalan yang lurus itu adalah Islam. Janganlah kalian menyeleweng dari jalan yang lurus ke arah kanan dan kiri. Berpegang teguhlah kalian dengan sunnah Nabi, dan hati-hatilah kalian dengan hawa nafsu yang melemparkan rasa permusuhan dan kebencian di kalangan orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah." (Al-Ibanah 1/338)</div><div style="text-align: justify;">Oleh sebab itu, barangsiapa yang ingin berbahagia di dunia dan akhirat, hendaklah ia menempuh jalan mereka (Salafus Shalih) dan mengikuti manhaj mereka.</div><div style="text-align: justify;">Adapun manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam bermuamalah dengan Wulatul Umur adalah: wajib mendengar dan taat kepada mereka, baik mereka itu orang yang baik (adil) maupun yang dhalim. Ketaatan kepada mereka dibatasi dalam hal kebaikan. Apabila mereka memerintahkan kepada kemaksiatan, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Ahlus Sunnah justru menasehati dan tidak membiarkan mereka (Wulatul Umur), bahkan mendoakan kebaikan buat mereka. Ahlus Sunnah tidak memandang adanya kebolehan untuk keluar dari mereka, memerangi mereka dan tidak pula mencabut ketaatan dari mereka, sekalipun mereka itu dhalim dan bertindak sewenang-wenang. Bahkan Salafus Shalih menggolongkan perbuatan yang demikian (keluar dari mereka, memberontak dan memerangi mereka) ke dalam perbuatan bid'ah yang diada-adakan.</div><div style="text-align: justify;">Imam Ahlus Sunnah (Imam Ahmad) berkata: "Ushul-ushul sunnah menurut kami adalah berpegang teguh dengan apa yang dipahami dan diamalkan oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ittiba' kepada mereka dan tidak berbuat bid'ah karena setiap bid'ah adalah sesat. Tidak berdialog dan duduk-duduk bersama Ahli Bid'ah dan tidak berdebat tentang masalah agama. Sedangkan Sunnah menurut kami adalah atsar-atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sunnah digunakan sebagai tafsir bagi Al-Qur`an. Tidak ada qiyas dalam sunnah dan sunnah tidak bisa dipahami dengan akal dan hawa nafsu, tapi dipahami dengan ittiba' dan meninggalkan hawa nafsu. Dan termasuk sunnah-sunnah lazimah yang bila ditinggalkan salah satu daripadanya, seseorang itu tidak dikatakan Ahlus Sunnah."</div><div style="text-align: justify;">Kemudian Imam Ahmad menyebutkan beberapa hal yang antara lain: "mendengar dan taat kepada para imam dan amirul mukminin (pemimpin kaum mukminin), baik yang shalih (adil) maupun yang fajir (dhalim), dan taat kepada khalifah yang disepakati dan diridhai oleh kaum mukminin. Jihad bersama mereka (yang adil maupun yang dhalim) secara terus menerus hingga hari kiamat, mengadakan pembagian harta faik (harta rampasan yang diperoleh tanpa ada perlawanan), juga terus menerus menjalankan hukum-hukum had. Tidak boleh bagi siapapun mencela dan menyelisihi mereka, mengerjakan shalat Jum'at di belakang mereka dua rakaat. Barangsiapa yang mengulangi shalatnya, maka dia adalah mubtadi' (ahli bid'ah) yang meninggalkan atsar, menyelisihi sunnah dan tidak mendapat keutamaan Jum'at sedikitpun. Barangsiapa yang memberontak pada Imam kaum muslimin yang telah disepakati dan diakui kekhilafahannya, maka sungguh dia telah memecahkan tonggak kaum muslimin dan telah menyalahi atsar-atsar yang datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Apabila dia mati ketika melakukan hal itu, dia mati secara jahiliyyah. Dan tidak halal (diharamkan) bagi siapapun untuk memerangi sulthan dan memberontaknya. Barangsiapa yang berbuat demikian, dia adalah mubtadi' yang tidak berjalan di atas sunnah dan tidak pula berjalan di atas jalan yang lurus." (Syarah Ushul I'tiqad 1/160-161)</div><div style="text-align: justify;">Abu Muhammad Abdur Rahman bin Abi Hatim Ar-Razy berkata: "Saya bertanya kepada bapakku dan Abu Zur'ah tentang madzhab Ahlus Sunnah dalam Ushuluddin dan apa yang beliau berdua yakini dalam hal ini. Maka beliau berdua berkata: "Kami jumpai para ulama di seluruh penjuru negeri, di Hijaz, Irak, Syam, dan Yaman beri'tiqad. Kemudian beliau berdua menyebutkan beberapa hal antara lain: dan kita menegakkan jihad dan haji bersama imam-imam kaum muslimin di sepanjang zaman. Kita tidak memberontak dan tidak pula memerangi mereka karena dikhawatirkan fitnah. Kita mendengar dan taat kepada Wulatul Umur. Demikian pula kita tidak mencabut ketaatan dari mereka. Kita ittiba' kepada sunnah dan jamaah dan menjauhi persengketaan dan perpecahan. Jihad bersama mereka tetap berjalan sejak diutusnya Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam sampai hari kiamat kelak, tidak ada sesuatupun yang membatalkannya dan begitu juga haji." (Syarah Ushul I'tiqad 1/176-180)</div><div style="text-align: justify;">Sahl bin Abdullah At-Tustani berkata ketika ditanya: "kapankah seseorang itu mengetahui bahwa dirinya di atas sunnah dan jama'ah? Seseorang itu di atas sunnah dan jamaah bila mengetahui adanya sembilan (9) hal pada dirinya:</div><div style="text-align: justify;">1. Dia tidak meninggalkan jamaah.</div><div style="text-align: justify;">2. Dia tidak mencela para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.</div><div style="text-align: justify;">3. Dia tidak memberontak umat ini dengan pedang.</div><div style="text-align: justify;">4. Dia tidak mendustakan takdir.</div><div style="text-align: justify;">5. Dia tidak ragu-ragu dalam beriman.</div><div style="text-align: justify;">6. Dia tidak memperdebatkan masalah agama.</div><div style="text-align: justify;">7. Dia menshalati Ahlul Kiblat yang mati dalam keadaan berdosa.</div><div style="text-align: justify;">8. Dia mengusap kedua sepatu pada waktu bepergian atau mukim (yaitu mengimani adanya sunnah tersebut. red.).</div><div style="text-align: justify;">9. Dia tidak meninggalkan shalat di belakang Wulatul Umur baik itu yang adil maupun yang dhalim.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berkata Abu Ja'far At-Thahawi: "kita tidak memandang adanya kebolehan untuk memberontak imam-imam dan Wulatul Umur sekalipun mereka itu dhalim dan kita tidak mendoakan kejelekan buat mereka. Kita tidak mencabut tangan ketaatan kepada mereka dan kita pun memandang ketaatan kepada mereka merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah, selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Kita juga mendoakan kebaikan buat mereka." (Syarah Aqidah Thahawiyyah 368)</div><div style="text-align: justify;">Imam Al-Barbahari berkata: "ketahuilah, bahwa kedhaliman sulthan tidak mengurangi sedikitpun kewajiban yang diwajibkan oleh Allah melalui lisan Rasul-Nya (yakni untuk taat kepada sulthan), kedhaliman dia (sulthan) atas dirinya dan ketaatan serta kebaikanmu bersamanya, sempurna insya Allah, yakni ketaatan kau berjamaah, shalat Jum'at dan jihad bersamanya, dan bergabunglah bersamanya dalam setiap amalan ketaatan. Bila kamu melihat seseorang mendoakan kejelekan buat sulthan maka ketahuilah bahwa dia pelaku bid'ah. Dan bila kamu mendengarkan seseorang mendoakan kebaikan buatnya, maka ketahuilah bahwa dia itu Ahlus Sunnah, insya Allah." (Syarhus Sunnah 51)</div><div style="text-align: justify;">Fudhail bin Iyadh berkata: "Kalaulah aku punya doa yang mustajab (terkabulkan), niscaya aku gunakan buat (kebaikan) sulthan, karena kita diperintah untuk mendoakan kebaikan buat mereka. Kita tidak diperintah untuk mendoakan kejelekan buat mereka sekalipun mereka dhalim dan bertindak sewenang-wenang, karena kedhaliman mereka berakibat fatal bagi diri mereka sendiri dan juga bagi kaum mukminin. Demikian pula sebaliknya, kebaikan mereka bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan juga bagi kaum mukminin." (Thabaqat fi Bayanil Mahajjah 1/236)</div><div style="text-align: justify;">Imam Ismail Ash-Shabuni berkata: "Ashabul Hadits menasehatkan untuk shalat Jum'at, Hari Raya, dan shalat-shalat lainnya di belakang imam kaum muslimin, yang baik maupun yang fajir. Demikian juga jihad bersama mereka sekalipun mereka dhalim dan bertindak semena-mena. Dan mereka mendoakan kebaikan buat imam kaum muslimin: berdoa supaya mereka diberi taufik oleh Allah dan supaya mereka berbuat adil terhadap rakyat. Mereka tidak memberontak kepada Umara sekalipun mereka melihat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukannya dan sekalipun mereka (Umara) berbuat dhalim dan bengis. Dan mereka (Ashabul Hadits) memerangi kelompok-kelompok yang memberontak kepada Umara, sampai mau kembali taat kepadanya." (Aqidah Salaf Ashabul Hadits 92, 93)</div><div style="text-align: justify;">Pendapat para ulama Ahlus Sunnah tentang masalah ini banyak sekali dan bisa dilihat dalam kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah seperti: Kitab As-Sunnah karya Ibnu Bathah, Syarah Ushul I'tiqad karya Al-Lalika'i, Aqidah Salaf Ashabul Hadits karya Ismail As-Shabuni, Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah karya Abul Qasim Al-Asbahani, Syarah Aqidah Thahawiyyah karya Ibnu Abil Izz, dll. Semua kitab itu bisa menjelaskan manhaj Ahlus Sunnah dalam bermuamalah dengan Umara, sulthan, dan Wulatul Umur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pendapat-pendapat itu tidak hanya tertulis di kitab-kitab saja, tetapi juga telah dipraktekkan secara langsung oleh para ulama Ahlus Sunnah, diantaranya:</div><div style="text-align: justify;">1. Imam Ahmad bin Hambal</div><div style="text-align: justify;">Pernah datang kepada beliau sekelompok Ahli Fikih (fuqaha) Baghdad untuk bermusyawarah dengan beliau agar meninggalkan dan tidak ridha dengan pemerintahan Al-Watsiq. Al-Watsiq telah mempopulerkan pendapat "Al-Qur`an itu makhluk." Dia mendakwahkannya dan memerintahkan anak-anak mereka untuk mempelajarinya. Bahkan ia mengasingkan, menjauhkan dan memenjarakan orang-orang yang menyelisihinya. Mendengar hal itu, Imam Ahmad mengingkari usulan-usulan mereka dan melarang mereka dengan keras. Semua itu menunjukkan ketegasan beliau dalam bersikap. Beliau berkata: Janganlah kalian mencabut ketaatan dan janganlah kalian memecahkan tonggak kaum muslimin. Jangan pula kalian tumpahkan darah-darah kalian dan darah-darah kaum muslimin bersama kalian. Lihatlah oleh kalian akibat perkara kalian ini dan janganlah kalian tergesa-gesa (dalam berbuat)..." (Dzikru Mihnah Imam Ahmad bin Hambal hal. 70)</div><div style="text-align: justify;">Dalam kitab itu pula, Hambal bin Ishaq bin Hambal berkata: "...ketika Al-Watsiq memunculkan perkataan ini (bahwa Al-Qur`an itu makhluk), memukul dan memenjarakan orang yang menyelisihinya, datanglah sekelompok fuqaha dari Baghdad kepada Imam Ahmad. Diantaranya terdapat Bakr bin Abdillah, Ibrahim bin Ali Mathbahi, Fadl bin Ashim dan yang lainnya. Mereka mendatangi Abu Abdillah (Imam Ahmad) dan minta izin untuk menemuinya. Setelah diizinkan mereka pun masuk dan berkata: "Wahai Abu Abdillah, sesungguhnya urusan ini sudah tersebar luas dan nampak sampai pada puncaknya, sedang kita khawatir laki-laki ini akan berbuat lebih dari yang dia lakukan." Mereka pun kemudian menyebutkan bahwa Ibnu Abi Daud[1] menyuruh para guru untuk mengajari anak-anak bahwa Al-Qur`an adalah begini dan begitu (yakni bahwa Al-Qur`an itu makhluk). Mendengar hal itu, Imam Ahmad berkata: "Lalu apa yang kalian maukan?" Mereka menjawab: "Kami datang kepadamu untuk bermusyawarah tentang apa yang kami inginkan." Imam Ahmad bertanya lagi: "Apa yang kalian inginkan?" Mereka berkata: "(yang kami inginkan adalah) kami tidak ridha dengan kesultanan dan kepemimpinan dia (Al-Watsiq)." Maka Imam Ahmad mendebat mereka beberapa saat sampai beliau berkata kepada mereka -sedangkan saya (Hambal bin Ishaq bin Hambal) hadir di situ-: "Bagaimana pendapat kalian kalau perkara ini tidak tuntas? Bukankah ini akan menyeret kalian pada hal-hal yang tidak kalian inginkan? Pikirkanlah masak-masak, janganlah kalian cabut tangan ketaatan dan janganlah kalian memecah tonggak. Lihatlah akibat urusan kalian ini dan janganlah tergesa-gesa. Bersabarlah kalian sampai tenang (dipimpin) Imam yang adil." Maka terjadilah pembicaraan panjang diantara mereka yang tidak aku (Hambal bin Ishaq) hafal, dan Abu Abdillah telah membantah dengan perkataannya tadi. Berkatalah sebagian dari mereka: "sesungguhnya kita khawatir akan anak cucu kami bila hal ini (perkataan bahwa Al-Qur`an itu makhluk) nampak dan yang lain-lainnya tidak diketahui oleh mereka. Dan kami khawatir Islam akan hancur dan punah." Maka Abu Abdillah berkata: "sekali-kali tidak demikian. Sesungguhnya Allah-lah yang menolong agama-Nya. Agama ini punya Rabb yang akan menolongnya, dan sesungguhnya Islam ini adalah agama yang mulia dan mencegah adanya pertumpahan darah (suka perdamaian)." Akhirnya mereka pun meninggalkan Abu Abdillah, sedang Abu Abdillah tidak memenuhi sedikitpun yang mereka inginkan. Bahkan beliau melarang mereka dan mendebat mereka supaya mereka mau mendengar dan taat kepada pemerintah sampai Allah bukakan jalan keluar dari permasalahan ini. Tetapi mereka tidak mau menerima nasihat Abu Abdillah.</div><div style="text-align: justify;">Maka tatkala mereka keluar, berkatalah sebagian mereka kepadaku (Hambal bin Ishaq): "Ikutlah dengan kami ke rumah orang (yang mereka sebut) untuk kita ajak berunding tentang perkara yang kita inginkan." Maka saya beritahukan hal ini kepada ayahku (Ishaq bin Hambal). Ayahku berkata: "Kamu jangan ikut pergi dan carilah alasan untuk tidak ikut mereka. Aku tidak merasa aman kalau nanti mereka akan melibatkan kamu dalam masalah ini, sehingga nama Abu Abdillah akan ikut disebut-sebut." Maka aku pun mencari alasan untuk tidak ikut dengan mereka. Tatkala mereka pergi, aku dan ayahku mendatangi Abu Abdillah lalu berkatalah Abu Abdillah kepada ayahku: "Wahai Abu Yusuf, aku kira yang membuat mereka begini ini telah meresap pada hati mereka. Kita minta keselamatan kepada Allah. Aku tidak senang ada orang berbuat seperti mereka ini." Maka aku (Ishaq bin Hambal) bertanya kepadanya: "Wahai Abu Abdillah, apakah yang mereka perbuat ini menurutmu benar?" Imam Ahmad menjawab: "Tidak, tidak benar. Perbuatan seperti ini menyalahi atsar-atsar yang memerintahkan kita untuk bersabar." Kemudian beliau berkata "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalau dia (sulthan) memukulmu, maka sabarlah, dan kalau dia memerangimu, maka sabarlah ... dan berkata Ibnu Mas'ud: begini dan begitu. Abu Abdillah kemudian menyebutkan hal-hal yang tidak aku hafal." Akhirnya Ishaq bin Hambal berkata: "Maka kaum itupun melaksanakan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dari perbuatan mereka yang tidak terpuji ini. Mereka malah lari terbirit-birit dari serangan sulthan dan akhirnya, ada diantara mereka yang tertangkap, dipenjara dan mati di dalamnya." (Dzikru Mihnati Al-Imam Ahmad bin Hambal 70-72)</div><div style="text-align: justify;">Kisah ini adalah mau'idzah (nasehat) yang jelas sekali tentang bahayanya menyelisihi manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah demi asas yang agung ini dan bahwa menyelisihi manhaj mereka akan mengakibatkan hal-hal seperti tersebut di atas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah</div><div style="text-align: justify;">Beliau hidup di zaman kesultanan yang bengis dan dhalim. Beliau disiksa dan dianiaya oleh pihak kesultanan karena menyebarkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan membantahi firqah-firqah yang sesat seperti sufi, Asy'ari, dan yang lainnya. Bahkan beliau dipenjara berkali-kali disebabkan hal ini sehingga sampai matipun beliau dalam keadaan di penjara.</div><div style="text-align: justify;">Walaupun demikian, beliau sangat keras memperingatkan umat untuk tidak memberontak dan taat kepada sulthan. Perbuatan ini (memberontak sulthan) menurut beliau akan mengakibatkan kerusakan yang lebih fatal dibandingkan kedhaliman dan kefasikan sulthan.</div><div style="text-align: justify;">Beliau menegaskan: "Oleh karena inilah yang masyhur dari madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah, yaitu tidak memberontak atau tidak memerangi Umara dengan pedang sekalipun mereka itu dhalim dan bertindak semena-mena. Ini sesuai dengan yang ditunjukkan oleh hadits-hadits shahih yang masyhur dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena kerusakan yang ada pada peperangan dan pemberontakan lebih fatal daripada kerusakan yang ada pada kedhaliman dan kelaliman sulthan. Dan hampir-hampir tidak diketahui adanya suatu kelompok yang memberontak pemerintah melainkan hanya mengakibatkan kerusakan yang lebih fatal dibandingkan kerusakan yang ingin dihilangkan (kedhaliman dan kelaliman sulthan)." (Minhajus Sunnah 3/391)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">VI. Hadits-hadits yang Memerintahkan untuk Taat kepada Ulil Amri</div><div style="text-align: justify;">Hadits-hadits yang memerintahkan untuk taat kepada Ulil Amri sangat banyak dan bisa dijumpai dalam kitab-kitab hadits yang ditulis para ulama. Di sini akan disebutkan beberapa hadits shahih tentang masalah ini:</div><div style="text-align: justify;">1. Dari Abdullah bin Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat (kepada sulthan), baik dalam perkara yang dia senangi maupun dia benci, kecuali kalau dia diperintah dalam perkara maksiat, maka dia tidak boleh mendengar maupun taat." (HR. Bukhari 4/329 Muslim 3/1469)</div><div style="text-align: justify;">2. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Wajib atasmu untuk mendengar dan taat (kepada sulthan) dalam kesulitanmu dan kemudahanmu, dalam perkara yang menyenangkanmu dan yang kamu benci, dan tidak kamu sukai." (HR. Muslim 3/1467)</div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Makna (yang kamu benci) adalah: sekalipun para sulthan ini memonopoli perkaramu, sehingga mereka tidak berlaku adil terhadapmu dan mereka tidak menunaikan hakmu," seperti yang tersebut dalam Bukhari dan Muslim dari Usaid bin Hudhair bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya kalian akan menemui perkara yang tidak disenangi setelahku, maka hendaklah kalian bersabar sampai kalian berjumpa denganku di telaga haudh nanti." (HR. Bukhari 3/41 dan Muslim 3/1474)</div><div style="text-align: justify;">Dan juga dalam riwayat lain dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya akan ada sepeninggalku perkara yang tidak kamu senangi dan kalian ingkari.' Para shahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada orang dari kalangan kami yang menjumpainya?' Beliau menjawab: "Kalian tunaikan kewajiban kalian dan kalian minta kepada Allah akan hak kalian." (HR. Bukhari 4/312 dan Muslim 3/1472)</div><div style="text-align: justify;">3. Dari Wail bin Hujr radhiallahu 'anhu, dia berkata: Salamah bin Yazid Al-Ju'ti pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wahai Rasulullah, kalau kita diperintah oleh sulthan yang meminta haknya, tapi tidak mau menunaikan hak kami, apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling darinya. Kemudian Salamah bertanya lagi dan Rasulullah pun berpaling lagi. Kemudian Salamah bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, maka ia ditarik oleh Al-Asy'ats bin Qais. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dengar dan taatlah kalian, karena mereka akan memikul dosa-dosa mereka dan kalian juga akan memikul dosa-dosa kalian (sendiri)." (Muslim 3/1474)</div><div style="text-align: justify;">Berkata Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi: "Adapun hikmah komitmen dalam mentaati mereka (Umara) sekalipun mereka dhalim adalah karena memberontak dan tidak taat kepada mereka akan mengakibatkan kerusakan yang fatal, lebih dari kedhaliman mereka sendiri, bahkan bersabar dalam menghadapi kedhaliman mereka itu bisa menghapuskan dosa-dosa dan bisa melipat gandakan pahala. Ini karena Allah tidak menguasakan mereka atas kita melainkan karena rusaknya amalan kita. Maka wajib bagi kita untuk bersungguh-sungguh dalam beristighfar, taubat, dan memperbaiki amal. Allah berfirman (yang artinya): "Dan apa saja yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syura: 30)</div><div style="text-align: justify;">Maka apabila rakyat ingin lepas dari belenggu kedhaliman Umara, maka hendaklah mereka itu (rakyat) meninggalkan kedhaliman pula." (Syarh Aqidah Thahawiyyah 370)</div><div style="text-align: justify;">4. Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu 'anhu, dia berkata: Kekasihku (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) pernah berwasiat kepadaku: "Dengar dan taatilah (Umara), sekalipun budak Habasyi yang juling matanya." Dan dalam riwayat Bukhari: "sekalipun diperintah oleh budak Habasyi yang panjang dan lebat rambut kepalanya." (HR. Muslim 3/1467 dan Bukhari 1/30)</div><div style="text-align: justify;">5. Dari Auf bin Malik radhiallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Sebaik-baik pimpinan kalian adalah kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian. Kalian doakan kesejahteraan bagi mereka dan mereka doakan kesejahteraan buat kalian. Dan sejelek-jelek pimpinan kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian. Kalian melaknati mereka dan mereka melaknati kalian." Kami, para shahabat, bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah mereka boleh kita perangi ketika terjadi demikian?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak, selama mereka masih shalat bersama kalian. Ketahuilah barangsiapa urusannya diurusi oleh Ulil Amri (sulthan) kemudian dia melihatnya berbuat maksiat kepada Allah, maka hendaklah dia benci terhadap maksiat yang dia perbuat dan sungguh jangan cabut tangan ketaatan padanya." (HR. Muslim 3/1482)</div><div style="text-align: justify;">6. Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang melihat Amirnya berbuat sesuatu yang dia benci, maka hendaklah dia bersabar karena tidak ada seorangpun di kalangan manusia yang keluar dari sulthan sejengkal, kemudian dia mati atas perbuatannya ini melainkan dia mati secara jahiliyah." (Bukhari 4/313 dan Muslim 3/1478)</div><div style="text-align: justify;">7. Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah. Ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma'ruf (baik)." (HR. Bukhari 4/355 dan Muslim 3/1469)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">VII. Fatwa Para Syaikh dan Ulama tentang Masalah ini</div><div style="text-align: justify;">1. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz</div><div style="text-align: justify;">Beliau pernah ditanya: "Apakah termasuk manhaj salaf mengkritik sulthan di atas mimbar? Bagaimana manhaj salaf dalam mengkritik mereka?"</div><div style="text-align: justify;">Maka beliau menjawab:</div><div style="text-align: justify;">"Bukan termasuk manhaj salaf memasyhurkan dan menyebut-nyebut kejelekan sulthan di atas mimbar, karena akan mengakibatkan kekacauan yang fatal dan akan menjurus kepada perbincangan yang tak ada manfaatnya, bahkan bermadharat. Tetapi jalan yang diikuti oleh para Salafus Shalih ialah menyampaikan nasehat empat mata antara mereka (salaf) dengan sulthan, atau dengan mengirim surat kepadanya. Bisa juga dengan melalui ulama yang biasa berhubungan dengan sulthan, atau dengan mengirim surat kepadanya. Bisa juga dengan melalui ulama yang bisa menasehatinya dengan baik. (Dan perlu diketahui) bahwa mengingkari kemungkaran bisa dilakukan tanpa menyebutkan pelakunya. Demikian juga mengingkari zina, khamr, riba dan yang lainnya bisa dilakukan tanpat menyebut pelakunya.</div><div style="text-align: justify;">Ketika terjadi fitnah di jaman kekhilafahan Utsman, berkata sebagian orang kepada Usamah bin Zaid radhiallahu anhu: "Apakah kamu tidak mengingkari perbuatan Utsman?" Maka Zaid menjawab: "Aku tidak mau mengingkarinya di depan masyarakat, tetapi aku ingkari perbuatannya dengan (melakukan pembicaraan red.) empat mata antara aku dengannya, karena aku tidak mau membukakan pintu kerusakan atas manusia." Maka ketika mereka membuka pintu kerusakan pada jaman Utsman radhiallahu 'anhu dan mengingkari perbuatan Utsman secara terang-terangan, memuncaklah fitnah dan terjadilah pembunuhan, peperangan dan kerusakan fatal yang tidak pernah punah bekasnya sampai sekarang. Akhirnya terjadilah fitnah antara Ali dan Muawiyyah, dan terbunuhlah Utsman, Ali dan banyak dari kalangan para shahabat disebabkan pengingkaran yang dilakukan secara terang-terangan. Kita mohon keselamatan kepada Allah." (Huququl Ra'i wa Ra'iyyah 27-28)</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang ingin menasehati sulthan, maka janganlah dia jelaskan terang-terangan (di depan mata), tapi hendaklah dia ambil tangan sulthan dan menyendiri dengannya. Kalau sulthan itu menerima nasehatnya, maka dia telah menasehatinya dan kalau sulthan itu tidak mau menerima, maka dia telah menunaikan kewajibannya." (HR. Ahmad 3/403)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan</div><div style="text-align: justify;">Beliau pernah ditanya: "Bagaimana manhaj salaf dalam bermuamalah dengan pemerintah Islam."</div><div style="text-align: justify;">Maka beliau menjawab:</div><div style="text-align: justify;">"Manhaj kita dalam bermuamalah dengan pemerintah Islam adalah mendengar dan taat kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya): "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu (hal) maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (As-Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisa: 59)</div><div style="text-align: justify;">Demikian pula Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk takwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada sulthan) sekalipun kalian diperintah oleh budak (Habasyi), karena sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka (pada saat itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa`ur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah ia dengan gigi geraham." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan ia berkata: HASAN SHAHIH. Dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' 2546)</div><div style="text-align: justify;">Hadits ini sesuai betul dengan ayat tersebut di atas. Begitu juga hadits-hadits shahih lain yang menganjurkan untuk mendengar dan taat kepada pemerintahan Islam. Pemerintah Islam harus ditaati dalam perkara taat kepada Allah. Tetapi kalau memerintah kepada maksiat, maka tidak boleh ditaati. Sedangkan dalam masalah selain ini (selain maksiat kepada Allah) mereka harus ditaati." (Wujub Tha'ati Sulthan 25-26)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semoga tulisan singkat ini dapat membuka mata kaum muslimin, terkhusus di Indonesia ini agar mereka tidak larut dalam euforia huru-hara yang terjadi di Mesir sehingga dengan sangat bersemangat mendukung apa yang dilakukan para pendemo di sana, dan agar melihat segala peristiwa dari kacamata syariat, tidak hanya dari hawa nafsu semata.</div><div style="text-align: justify;">Semoga Bermanfaat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Referensi: <a href="http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=1035">http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=1035</a></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-33973420918918077732011-01-18T09:18:00.002+07:002011-01-18T09:29:22.498+07:00My Favourite Badminton Player: Zhao Jianhua<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib6Qo7JtzLFKsULZqoLXe03-Mf7202wxuKfif3iMq2fkOdGxc9m-gFPe1O4MlCxrhYUXTfXXArlu9AYyL3bCZr-v-BYnm-ghJ57K1smmM_RoIlua1mFF_A53K_RIqAptjqoFKmQzVEJ5w/s1600/155qdyr.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib6Qo7JtzLFKsULZqoLXe03-Mf7202wxuKfif3iMq2fkOdGxc9m-gFPe1O4MlCxrhYUXTfXXArlu9AYyL3bCZr-v-BYnm-ghJ57K1smmM_RoIlua1mFF_A53K_RIqAptjqoFKmQzVEJ5w/s1600/155qdyr.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Zhao Jianhua merupakan pemain bulutangkis spesialis tunggal asal negara China. Dia lahir pada 21 April 1965. Zhao aktif dalam dunia perbulutangkisan internasional pada periode akhir 80-an hingga awal 90-an. Zhao terkenal dengan gaya permainan yang sangat atraktif, cepat, agresif, dan penuh muslihat. Menurut saya gaya permainan pemain dengan tinggi 183 cm ini jauh melebihi pemain pada zamannya yang cenderung mengandalkan rally. Dan prestasi prestisius yang didapatkannya adalah menjadi juara All England pada tahun 1985 saat usianya baru menginjak 20 tahun dengan mengalahkan sang juara bertahan, Morten Frost Hansen. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Pemain dengan julukan "The Heavenly King" ini digadang-gadang sebagai salah satu pemain paling berbakat pada cabang bulutangkis ini. Namun sayang, inkonsistensinya dalam permainan membuat dia tidak dapat meraih banyak gelar, sebagaimana kompatriotnya, Yang Yang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Salah satu teknik bulutangkisnya yang saya kagumi adalah "Crosscourt jumping smash"-nya, seperti yang dapat dilihat pada animasi di bawah ini, yang merupakan smash favorit saya, saat dia mengkandaskan Joko Suprianto di final All England 1990.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2Ur6xghCMK6bR3XUK8pfklzAPoIldCAMXHCZnMVTrHLKW7tDrdw6tuSgcDIgqW1gASok0WcxPOx-2PrWoOTY_493zazit7v9Y_rse_YwYn77QDmXNG6KKHhfbd8xgtkJ7BaKynTAvys8/s1600/Zhao%2527s+Smash.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2Ur6xghCMK6bR3XUK8pfklzAPoIldCAMXHCZnMVTrHLKW7tDrdw6tuSgcDIgqW1gASok0WcxPOx-2PrWoOTY_493zazit7v9Y_rse_YwYn77QDmXNG6KKHhfbd8xgtkJ7BaKynTAvys8/s1600/Zhao%2527s+Smash.gif" /></a></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-58661268537125628562011-01-07T06:38:00.000+07:002011-01-07T06:38:09.405+07:00Taubat Lagi, Maksiat Lagi - Tanya Jawab bersama Ustadz Muhammad As-Sewed<div style="text-align: justify;">Tanya: </div><div style="text-align: justify;">Bagaimana dengan taubat yang dilakukan berulang-ulang dengan kemaksiatan yang sama, apakah taubatnya bisa diterima?</div><div style="text-align: justify;"><br />
Jawab: </div><div style="text-align: justify;">Dengan taubatan nasuha akan diterima. Jadi ada seorang mubtadi' (ahli bid'ah), seorang yang berpemikiran mu'tazilah, pernah saya dengar sendiri dia menyampaikan sebuah ayat yang berisi "tsumma amana tsumma kafaro tsumma amana tsumma kafaro", kemudian beriman kemudian kafir lagi, kemudian beriman kemudian kafir lagi, kemudian distempel oleh Alloh dalam keadaan kafir dan tidak akan bisa kembali lagi, ditafsirkan oleh dia (si mubtadi'), "makanya jangan taubat terus maksiat lagi, taubat terus maksiat lagi, nanti tidak akan diterima taubatnya". Ini adalah penafsiran yang dusta dan kadzab atas nama Alloh, padahal (sebuah) hadits justru (menyatakan) sebaliknya. Dalam shohih muslim ada seseorang yang berbuat dosa kemudian taubat kepada Alloh, maka Alloh mengatakan,"hambaku tahu bahwa dia mempunyai Robb yang mengampuni dosa,maka Aku ampuni dia", kemudian berbuat dosa lagi, taubat lagi, Alloh mengatakan,"hambaku tahu bahwa dia mempunyai Robb yang mengampuni dosa, maka Aku ampuni dia", sampai yang ketiga kalinya, (tetap Alloh mengatakan) "hambaku tahu bahwa dia mempunyai Robb yang mengampuni dosa, maka silakan berbuat dosa karena Aku ampuni dia". Hati-hati, jangan (hadits ini) dijadikan untuk meremehkan dosa. Ini dibahas juga oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab yang tadi juga, kitab Al Jawaabul Kaafi, bahwa ini menunjukkan kalau taubat itu taubatan nasuha, taubat yang ikhlash, yang betul-betul taubat, maka mungkin akan diterima, tapi tetap di tangan Alloh kehendaknya, artinya apakah diterima atau tidak, itu (kehendak) Alloh Subhannahuwata'ala, tapi kemungkinan (untuk diterima) tetap ada. Tetap kemungkinan taubat ada, tidak pernah pintu taubat tertutup kecuali yughorghir (ketika nyawa sudah di tenggorokan), tetap pintu taubat terbuka, man lam yughorghir. Jadi syarat taubat bukan berhenti (dari maksiat), kemudian mengucapkan istighfar, kemudian menyesal, dan <u>tidak mengulanginya selama-lamanya</u>. Bukan itu syarat-syarat taubat. Yang awal betul, dua betul, tiga betul, yang <u>terakhir salah</u>. Yang ada adalah <u>'azzam</u> untuk tidak berbuat lagi. Paham ya? Beda dengan yang tadi (yang awal), syaratnya yang keempat tidak berbuat lagi. Itu bukan syarat, (kalau) tidak berbuat lagi. Mestinya syaratnya, berazzam untuk tidak berbuat lagi, bertekad untuk tidak berbuat lagi. Tapi kalau terjerumus lagi, ya taubat lagi. Yang penting tekad itu kamu mantapkan dalam hati untuk tidak berbuat lagi. Dan Alloh tahu apakah kamu serius atau main-main. Alloh Mahatahu, apakah kamu ucapkan saja, nanti saya akan berbuat lagi, atau memang kamu niat berhenti. Tapi tidak mustahil kamu sudah niat yang tekad, yang ikhlash, sudah kamu betul-betul murni tekadnya, tapi kalah lagi, kejeblos lagi, sampai kamu menangis dan kemudian bertaubat. Besok sungguh-sungguh lagi, insyaAlloh Alloh ampuni, walaupun tiga-empat kali terjerumus. Tapi yang penting kita bertaubat dengan tadi, syaratnya adalah selain kamu menghentikan perbuatan itu, ketika itu kamu berhenti, dan kemudian setelah itu bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, dengan ikhlash bertekad dalam hati bahwa saya tidak berbuat lagi. Ini syaratnya, jadi syaratnya apa? Tekad untuk tidak berbuat lagi. Kalau sampai terjerumus lagi, ya minta ampun lagi pada Alloh Subhanahuwata'ala, taubat lagi terus begitu. Man Lam yughorghir, sebelum nyawa di kerongkongan, masih tetap terbuka, dan sebelum matahari terbit dari barat.</div><div style="text-align: justify;">Disadur dari tanya jawab bersama Ustadz Muhammad Umar AsSewed, dengan beberapa editan. Semoga bermanfaat, insyaAlloh..</div><div style="text-align: justify;">Jika mau file audionya, silakan putar file audio di bawah ini..</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><embed allowfullscreen="false" allowscriptaccess="always" height="100" src="http://www.4shared.com/embed/473097614/381831ba" width="450"></embed></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-41217597735827211762011-01-04T21:57:00.001+07:002011-01-04T22:01:13.136+07:00Dasar-Dasar Bulutangkis -2<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">2. Pukulan Dalam Bulutangkis</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Dibandingkan olahraga-olahraga lain yang menggunakan raket, bulutangkis memiliki ciri khas, yaitu dalam memukul, diperlukan gerakan aktif dari pergelangan tangan. Hal ini berbeda dengan tenis, yang menekankan agar pergelangan tangan tetap kaku selama memukul. Dengan aktifnya pergelangan tangan pada saat memukul pada permainan bulutangkis, gaya dari ayunan tangan akan lebih fokus sehingga pukulan akan lebih kencang tanpa tenaga yang berlebihan (kata Zhao Jianhua dalam video intructionalnya). Secara gampangnya (ini versi ayah saya yang juga pernah menjadi pelatih bulutangkis saya), pukulan dalam bulutangkis itu seperti mencambuk (coba lihat kalo pemain ebeg/kuda lumping sedang memakai pecutnya).Penggunaan pergelangan tangan secara aktif dalam bulutangkis masih jarang digunakan oleh para pemain bulutangkis pemula. Hal ini karena diperlukan latihan yang rajin dan jam terbang yang cukup lama, dan juga seringnya melakukan observasi terhadap cara memukul yang benar. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Selain aktifnya gerakan pergelangan tangan (wrist action), dalam teknik memukul pada bulutangkis juga diperlukan aktifnya gerakan pronasi dan supinasi, yaitu gerakan memutar tangan akibat gerakan tulang hasta dan pengumpil. Kedua gerakan ini dapat dilihat pada animasi di bawah ini.</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjJGoPIdgmf5iyx1cHb5kRPJEyGXLYaXmWflSkueOdrG4WjrVUTarcf_QiGnWZ5njEYfyX9PFh9CVQ_6WuelmnNO5fZOsJWLkKBM3ZYWuNfxfO5gnp4jO_z2Int2W_hxKDyYip2FFJ4w8/s1600/Wrist+Action.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjJGoPIdgmf5iyx1cHb5kRPJEyGXLYaXmWflSkueOdrG4WjrVUTarcf_QiGnWZ5njEYfyX9PFh9CVQ_6WuelmnNO5fZOsJWLkKBM3ZYWuNfxfO5gnp4jO_z2Int2W_hxKDyYip2FFJ4w8/s1600/Wrist+Action.gif" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Terdapat bermacam-macam pukulan dalam bulutangkis. Namun, teknik memukul dalam bulutangkis secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu pukulan forehand dan pukulan backhand. Pada pukulan forehand, gerakan lengan adalah berotasi ke arah dalam, begitu pula dengan tangan, terjadi rotasi pada tulang hasta dan tulang pengumpil ke arah dalam, dan terakhir pergelangan tangan juga berotasi dari belakang ke depan.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Untuk animasi forehand dapat dilihat pada animasi sebelumnya. Adapun pada pukulan backhand, semua gerakan berkebalikan dengan pukulan, yaitu rotasi tangan terjadi ke arah luar, dan gerakan pergelangan tangan adalah dari depan ke belakang, seperti dapat dilihat pada animasi di bawah ini.</div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkH8sUmEVSKlJkEmU7S0QFwwkmm-D2msW-8unlwVB7DpP0H2D6lQIlq3USQlwMRHNttRc5aN9_vuk6HVN1fWkqFfnpYTbSQcxJVwEYnhIJ3J6KeuT0SVkGfKheFlvZFPHekjvcmOYr1Gk/s1600/Backhand.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkH8sUmEVSKlJkEmU7S0QFwwkmm-D2msW-8unlwVB7DpP0H2D6lQIlq3USQlwMRHNttRc5aN9_vuk6HVN1fWkqFfnpYTbSQcxJVwEYnhIJ3J6KeuT0SVkGfKheFlvZFPHekjvcmOYr1Gk/s1600/Backhand.gif" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Kemudian, teknik memukul pada bulutangkis dibagi-bagi lagi menjadi banyak jenis, antara lain servis, lob, drive, drop shot, net, dan smash. Untuk tiap jenis teknik memukul ini terdapat untuk forehand dan juga untuk backhand. Secara detail, tiap jenis teknik memukul ini akan dijelaskan pada artikel selanjutnya.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br />
</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-17595851052108376312011-01-04T07:33:00.002+07:002011-01-04T07:54:23.424+07:00Hak Sesama Muslim Terhadap Muslim yang Lain<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk3LKxNkdSjJ7cFewOkLHp-h5ocHCSLlqgqs4LeD6eVymPGv4_EtF1tRptgxheiuOdJhWCU-ppPPcikQtNnSYyNKkcPs6mS2d6SCwtnBpRn808q6LwoHO19R7IzM68d8NFzHyGv9m9I80/s1600/Hadist.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="135" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk3LKxNkdSjJ7cFewOkLHp-h5ocHCSLlqgqs4LeD6eVymPGv4_EtF1tRptgxheiuOdJhWCU-ppPPcikQtNnSYyNKkcPs6mS2d6SCwtnBpRn808q6LwoHO19R7IzM68d8NFzHyGv9m9I80/s400/Hadist.JPG" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;">Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu'anhu, beliau berkata, Rosululloh Sholallohu'alaihi wasallam bersabda: "hak seorang muslim terhadap muslim yang lain ada enam". Ada yang berkata,"apa saja itu ya Rosululloh?", bersabda Rosululloh Sholallohu'alaihi wasallam,"ketika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, ketika dia mengundangmu maka jawablah/penuhilah, ketika dia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia, ketika dia bersin dan dia memuji Alloh, maka doakanlah kebaikan kepadanya (tasymit), ketika dia sakit maka jenguklah dia, dan ketika dia meninggal maka antarkanlah jenazahnya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim Rohimahullohu.</div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dalam hadits yang mulia ini diterangkan adanya enam hak seorang muslim yang harus ditunaikan oleh muslim yang lainnya. Penyebutan enam hak di dalam hadits ini tidaklah membatasi bahwa hak seorang muslim terhadap muslim yang lain hanya enam. Namun, di dalam hadits ini hanyalah pemberian contoh, bahwa ada enam hak yang harus ditunaikan seorang muslim terhadap muslim yang lain. Dan penyebutan muslim di sini juga tidak terbatas untuk muslim lelaki, tetapi juga berlaku untuk muslim wanita/muslimah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Enam hak ini termasuk adab-adab syar'i yang diatur dalam Islam. Hal ini menunjukkan kesempurnaan ajaran Islam, hingga ketika seseorang bersin pun diatur bagaimana adab yang baik yang harus dilakukan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">1. Ketika bertemu, maka ucapkanlah salam kepadanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Yaitu mengucapkan "Assalamu'alaikum", dan jika ingin, maka boleh ditambah menjadi "Assalaamu'alaikum Warohmatulloh" dan baginya 20 kebaikan. Boleh pula ditambah menjadi "Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuhu" dan baginya 30 kebaikan. Hukum memulai mengucapkan salam adalah sunnah muakkad, sedangkan menjawab salam adalah wajib, dengan dalil Surat An Nisa:86. Dalam menjawab salam, kita harus menyamai salam yang diucapkan atau boleh menambahnya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Ucapan salam merupakan doa kepada muslim yang lain agar mereka diberikan keselamatan oleh Alloh AsSalam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">2. Ketika dia mengundangmu maka jawablah/penuhilah</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Dalam hadits ini, yang dimaksud dengan mengundang adalah bersifat umum, misal mengundang makan, berkunjung, dll. Hukum mendatangi undangan ini adalah mustahab/sunnah. Sedangkan mendatangi walimatul 'ursy dari seorang muslim, hukum asalnya adalah wajib, selama dalam acara walimah tersebut tidak ada hal-hal yang bersifat harom, seperti ikhtilath, musik, perempuan yang bertabarruj, dsb. Kemudian, jika kita diundang pada acara walimah, tetapi kita tidak bisa datang karena suatu kendala, misal jarak yang terlalu jauh sehingga kita tidak mampu mendatangi ataupun halangan-halangan lain, maka tidak mengapa jika kita tidak mendatangi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">3. Ketika saudaramu meminta nasihat, maka berikanlah nasihat</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Berdasarkan surat Al Ashr ayat ke-3, </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Simplified Arabic'; line-height: 21px;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Simplified Arabic'; font-size: large; line-height: 21px;">وتواصوا بالحق وتواصوا بالصب</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Simplified Arabic'; font-size: large; line-height: 21px;">ر</span></span></i></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 21px;"> "dan saling menasihati dengan kebaikan dan saling menasihati dengan kesabaran". Dan nasihat ini juga harus dalam kebaikan (Al Birr) dan ketaqwaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">4. Ketika dia bersin dan dia memuji Alloh, maka doakanlah kebaikan baginya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Kenapa jika kita bersin kita harus memuji Alloh? Karena bersin merupakan nikmat dari Alloh. Dengan bersin, maka hilanglah beban dari dalam tubuh kita, dan tubuh kita akan terasa lebih ringan. Dan kita mendoakan saudara kita yang bersin dengan syarat dia mengucapkan "Alhamdulillah" setelah bersin. Doa yang kita ucapkan disebut dengan tasymit, yaitu ucapan "Yarhamukalloh". Dan jika yang bersin mendengar tasymit ini, maka dia hendaknya mengucapkan "Yahdikumulloh washliihu baalakum" (semoga Alloh memberimu hidayah dan memperbaiki keadaanmu). Doa tasymit diucapkan untuk bersin pertama, kedua, dan ketiga. Jika bersin terjadi lebih dari 3 kali, maka doakanlah kesembuhan baginya, karena dia terkena sakit flu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">5. Ketika saudaramu sakit, maka jenguklah dia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Ketika kita menjenguk saudara kita yang sedang sakit, maka ucapkanlah hal-hal yang bisa menghibur si sakit. Misal dengan ucapan, "bagaimana keadaanmu, sudah baikan?", "kamu kelihatan lebih baik sekarang" dsb. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Namun, jika pada si sakit telah ada tanda-tanda yang akan mendekati kematian, maka tuntunlah dia untuk selalu dzikir kepada Alloh dengan mengucapkan syahadat, dan kita harapkan dia akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Diperbolehkan menjenguk orang kafir yang sakit dengan syarat dapat diharapkan keislamannya jika kita mengunjungi dan mendakwahinya. Hal ini berdasarkan hadits yang mengisahkan Rosululloh yang menjenguk Abu Tholib, ketika dia sedang menghadapi kematian, maka Rosululloh memintanya untuk mengatakan Laa ilaha illalloh, tetapi dia menolak. Dan diutamakan orang kafir yang sedang dalam sakaratul maut, karena dalam kondisi ini, hatinya akan lebih lunak, insyaAlloh.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">6. Jika saudara kita meninggal, maka antarkan jenazahnya..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Tentang hal ini insyaAlloh akan dijelaskan pada pertemuan selanjutnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Wallohuta'ala a'lamu bish shawaab..</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">Tambahan:</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">1. Jika salam disampaikan kepada sekelompok orang, maka hukum menjawab salam ini adalah fardu kifayah, artinya cukup satu orang dari kumpulan orang tersebut yang menjawabnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;">2. Jika ada kafir yang mengucapkan salam kepada kita, maka kita cukup jawab "wa'alaikum".</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; line-height: 21px;"><i>Diringkas dari ta'lim pada hari Ahad, 27 Muharrom 1432 H di Masjid Kampus ITENAS, Bandung..</i></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Simplified Arabic';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 30px; line-height: 21px;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Simplified Arabic'; line-height: 21px;"><br />
</span></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-36327756465006881822011-01-03T11:17:00.003+07:002011-01-04T07:50:00.768+07:00Dasar-Dasar Bulutangkis -1<div style="text-align: justify;">Indonesia telah mengukir sejarah yang manis dalam cabang olahraga ini dengan munculnya pemain-pemain legendaris para juara seperti Tan Joe Hok, Ferry Souneville, Rudi Hartono, Liem Swie King, hingga Taufik Hidayat. Oleh karena itu, tidak heran jika bulutangkis menjadi sangat populer di negeri kita ini. Dan virus bulutangkis ini pun telah menjangkit sebagian anggota perhimak, dan ini merupakan virus yang menyehatkan. </div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">Oleh karena itu, agar mereka (anggota PHK) semakin familiar dengan olahraga bulutangkis, saya insyaAlloh akan menulis secara serial mengenai dasar-dasar olahraga bulutangkis ini secara teoretis.</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;"><br />
</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">1. Peralatan dan Perlengkapan Bulutangkis</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">a. Lapangan</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">Secara resmi, lapangang bulutangkis memiliki panjang 44 ft dan lebar 20 ft (17 ft untuk permainan single). Daerah permainan pada bulutangkis dibedakan menjadi dua, yaitu saat melakukan servis dan saat permainan berlangsung (setelah servis). Untuk permainan tunggal, daerah servis dan permainan ditunjukkan oleh gambar a dan b, sedangkan untuk permainan ganda ditunjukkan oleh gambar c dan d.Lebar garis lapangan adalah 4.0 cm dan warna garis harus kontras dengan warna lapangan. Selain itu, garis menjadi bagian dari lapangan yang dibatasinya.</div><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5qK2PJq6moU24kjG9k_UzmJfnWkaZBu2zSC6SQjm-rtAa5CklxYM4toFyWbIUsE4XMuX5JOiFUf6w1PMOGs5MKHZ-yP5JhmVHgsgT7mybH3__kbcq7hu8fon4sWrD2nTK9NiMrZz35aY/s1600/Game+Ganda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5qK2PJq6moU24kjG9k_UzmJfnWkaZBu2zSC6SQjm-rtAa5CklxYM4toFyWbIUsE4XMuX5JOiFUf6w1PMOGs5MKHZ-yP5JhmVHgsgT7mybH3__kbcq7hu8fon4sWrD2nTK9NiMrZz35aY/s320/Game+Ganda.jpg" width="207" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lapangan Bermain Ganda</td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit425FeXHfYP_PZ-yme_2q65OIjSD0xEeMu4OJ4Elp8t8lWW37o2zOAYo1tWk2xxPgx3iJfifmWi4sxx_SOFPVPBHfke52eYWW5M4TA9T5PZ-t0trD5FGP3jH2ZC7byjQoBFxqWZQodJY/s1600/Game+Tunggal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit425FeXHfYP_PZ-yme_2q65OIjSD0xEeMu4OJ4Elp8t8lWW37o2zOAYo1tWk2xxPgx3iJfifmWi4sxx_SOFPVPBHfke52eYWW5M4TA9T5PZ-t0trD5FGP3jH2ZC7byjQoBFxqWZQodJY/s320/Game+Tunggal.jpg" width="207" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lapangan Bermain Tunggal</td></tr>
</tbody></table><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgee6PC9AudDFl8K7NTDVxQ8mIlLxJdwrt0mxf_oBrYtiRkKhgHOrB4tarpu0TGWyqqa9ZkofQ8z2tkC8mFj0IypsmJaTljHs5n5CnKolv5oBuHOHkc8yBX4VQvj7SZsX3YzNhF3lK-Zzw/s1600/Servis+Ganda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgee6PC9AudDFl8K7NTDVxQ8mIlLxJdwrt0mxf_oBrYtiRkKhgHOrB4tarpu0TGWyqqa9ZkofQ8z2tkC8mFj0IypsmJaTljHs5n5CnKolv5oBuHOHkc8yBX4VQvj7SZsX3YzNhF3lK-Zzw/s320/Servis+Ganda.jpg" width="207" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lapangan Servis Ganda</td></tr>
</tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrw5AYL98v2JcJPo2vpqOcBtOsxzHWZo7S5gX59dFx-N19cENunbqKXAHi3prB9vtW3fOzFia5bLSI6PX8Utd0as4_t-POMiZPDEKDvEIrl5Y5U228x848LkQBpRrrWQdwNcGa4-eu3sc/s1600/Servis+Tunggal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrw5AYL98v2JcJPo2vpqOcBtOsxzHWZo7S5gX59dFx-N19cENunbqKXAHi3prB9vtW3fOzFia5bLSI6PX8Utd0as4_t-POMiZPDEKDvEIrl5Y5U228x848LkQBpRrrWQdwNcGa4-eu3sc/s320/Servis+Tunggal.jpg" style="cursor: move;" width="208" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lapangan Servis Tunggal</td></tr>
</tbody></table><div style="margin: 0px; text-align: justify;">b. Jaring/Net</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">Jaring terletak melintang di tengah lapangan. Tinggi jaring adalah 1.55 meter dengan panjang 6.1 m dan lebar 760 mm. Lebar lubang pada jaring adalah antara 1.5 - 2 cm.</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;"><br />
</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">c. Shuttlecock/bird </div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">Shuttlecock bisa terbuat dari bahan alami atau sintetis. Shuttlecock dari bahan alami terbuat dari bulu, dan kepalanya terbuat dari kayu yang terbungkus semacam kulit. Jumlah bulu pada shuttlecock ada 16 buah, dengan panjang antara 62-70 mm. Ujung dari bulu ini harus berada pada diameter antara 58-68 mm. Kepala shuttlecock memiliki diameter antara 25-28 mm, dengan unjung yang membulat. Berat dari shuttlecock antara 4.74-5.50 gr.</div><div style="margin: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEichHMLfeZsZgVdv5vDBctI5i68V8cuMsimp0fkcaMGU0uuaq2SErjxzu31QDFPYzqysOlRjJpCEeHm27sKIV8bgTDDATamZeMJmUSu2zz2L-nKxEzCT1Ho-4rs_lab7CMsBxxPDOP_soM/s1600/Shuttle.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEichHMLfeZsZgVdv5vDBctI5i68V8cuMsimp0fkcaMGU0uuaq2SErjxzu31QDFPYzqysOlRjJpCEeHm27sKIV8bgTDDATamZeMJmUSu2zz2L-nKxEzCT1Ho-4rs_lab7CMsBxxPDOP_soM/s200/Shuttle.jpg" width="186" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Shuttlecock</td></tr>
</tbody></table></div><div style="margin: 0px; text-align: justify;">d. Raket</div><span style="font-size: small;">Raket memiliki panjang maksimal 680 mm dan lebar maksimal 230 mm. Bahan raket dapat berupa kayu, logam, ataupun komposit. Akhir-akhir ini, kebanyakan raket terbuat dari serat karbon. Bagian-bagian raket ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.</span><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span><br />
<div style="margin: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span></span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNC7RcYu1qQE8KQ106MGodRXFIMgva3PVhUTM8HYRMueDwRclIUNF5oAD4dRt_uofAOWZyndv07kRv99xorcCQhyCZtdljnhigrJRt034ZojPL1yRGo85rJ55ohWUhdUxk1jLkT1SDb1g/s1600/Raket.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNC7RcYu1qQE8KQ106MGodRXFIMgva3PVhUTM8HYRMueDwRclIUNF5oAD4dRt_uofAOWZyndv07kRv99xorcCQhyCZtdljnhigrJRt034ZojPL1yRGo85rJ55ohWUhdUxk1jLkT1SDb1g/s320/Raket.jpg" width="320" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Bagian-Bagian Raket Bulutangkis</span><br />
</td></tr>
</tbody></table></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-69143875961671697612010-12-19T22:09:00.000+07:002010-12-19T22:09:52.980+07:00Tuntunan Ulama' Salaf dalam menyikapi hari raya non muslim<div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;">Penulis: Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuts Ilmiyyah wal Iftaa. Fatwa n</div><div style="text-align: center;">Fatwa-Fatwa, 24 Desember 2003, 01:44:29</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin</div></div><div style="padding: 10px;"><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pertanyaan :</div><div style="text-align: justify;">Apakah boleh memberikan ucapan selamat hari raya atau yang lainnya kepada orang orang Masihiyun (penganut ajaran Isa al Masih)?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jawaban : </div><div style="text-align: justify;">Yang benar adalah jika kita mengatakan : Orang-orang nasrani, karena kalimat masihiyun berarti menisbatkan syariat (yang di bawah Nabi Isa) kepada agama mereka, artinya mereka menisbatkan diri mereka kepada Al-Masih Isa bin Maryam. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Padahal telah diketahui bahwa Isa bin Maryam Alaihissalam telah membawa kabar gembira untuk Bani Israil dengan(kedatangan) Muhammad. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Taala berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: `Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)`. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata" (Ash-Shaff: 6).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka jika mereka mengkafiri/mengingkari Muhammad Shallallahu wa `alaihi wa Sallam maka berarti mereka telah mengkafiri Isa, kerena mereka telah menolak kabar gembira yang beliau sampaikan kepada mereka. Dan oleh karena itu kita mensifati mereka dengan apa yang disifatkan Allah atas mereka dalam Al-Qur`an dan dengan apa yang disifatkan oleh Rasulullah Shallallahu wa `alaihi wa Sallam dalam As-Sunnah, dan yang disifatkan/digambarkan oleh para ulama muslimin dengan sifat ini yaitu bahwa mereka adalah nashrani sehingga kitapun mengatakan: sesungguhnya orang-orang nashrani jika mengkafiri Muhammad Shallallahu wa `alaihi wa Sallam maka sebenarnya mereka telah mengkafiri Isa bin Maryam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi mereka mengatakan: Sesungguhnya Isa bin Maryam telah memberi kabar gembira kepada kami dengan seorang rasul yang akan datang sesudahnya yang namanya Ahmad, sementara yang datang namanya adalah Muhammad. Maka kami menanti (rasul yang bernama) Ahmad, sedangkan Muhammad adalah bukanlah yang dikabargembirakan oleh Isa. Maka apakah jawaban atas penyimpangan ini?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jawabannya adalah kita mengatakan bahwa Allah telah berfirman: Maka ketika ia (Muhammad) datang kepada mereka dengan penjelasan-penjelasan،. Ayat ini menunjukkan bahwa rasul tersebut telah datang; dan apakah telah datang kepada mereka seorang rasul selain Muhammad Shallallahu wa `alaihi wa Sallam setelah Isa? Tentu saja tidak, tidak seorang rasulpun yang datang sesudah Isa selain Muhammad Shallallahu wa `alaihi wa Sallam. Dan berdasarkan ini maka wajiblah atas mereka untuk beriman kepada Muhammad Shallallahu wa `alaihi wa Sallam dan juga kepada Isa `Alaihissalam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasul telah beriman kepada Al-Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya (mereka mengakatan): `Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya.،¦ (Al-Baqarah:285)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu Nabi Shallallahu wa `alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah(Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3435 dalam kitab Ahaditsul Anbiya` bab Qauluhu Ta`ala: Ya Ahal Kitabi La Taghlul Fi Dinikum, dan oleh Muslim no. 28 dalam kitab Al-Iman bab Ad-Dalil `Alaa Inna Man Maata `Alat Tauhiid Dakhalal Jannah Qath`an dari hadits `Ubadah bin Ash-Shamit Radhiallahu Anhu).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka tidak sempurna iman kita kecuali dengan beriman kepada Isa Alaihissalam dan bahwa beliau adalah hamba dan utusan Allah, sehingga kita tidak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang nashrani; bahwa ia adalah putra Allah, dan tidak (pula mengatakan) bahwa ia adalah tuhan. Dan kita tidak pula mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh orang yahudi: bahwa beliau adalah pendusta dan bukan seorang Rasul dari Allah, akan tetapi kita mengatkan bahwa Isa di utus kepada kaumnya dan bahwa syariat Isa dan nabi-nabi yang lainnya telah dihapus oleh syariat Nabi Muhammad Shallallahu wa `alaihi wa Sallam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Adapun memberi ucapan selamat hari raya kepada orang-orang nashrani atau yahudi maka ia adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab Ahkam Ahli Adz-Dzimmah, dan silahkan anda membaca teks tulisan beliau: "Dan adapun memberikan ucapan selamat untuk syiar-syiar kekufuran yang bersifat khusus maka ia adalah haram secara ijma`, seperti mengucapkan selama untuk hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan : "hari raya yang diberkahi untuk anda،¦ Maka yang seperti ini kalaupun orang yang mengucapkan selamat dari kekufuran maka perbuatan itu termasuk yang diharamkan. Dan ia sama dengan memberikan selamat untuk ujudnya kepada salib. Bahkan itu lebih besar dosanya dan lebih dimurkai oleh Allah daripada memberikan selamat atas perbuatannya meminum khamar, membunuh, melakukan zina dan yang semacamnya. Dan banyak orang yang tidak memiliki penghormatan terhadap Ad-dien terjatuh dalam hal itu dan ia tidak mengetahui apa yang telah ia lakukan". Selesai tulisan beliau.</div><div style="text-align: justify;">(Dinukil dari Ash-Shahwah Al-Islamiyah, Dhawabith wa Taujihat, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pertanyaan : </div><div style="text-align: justify;">Apakah boleh berpartisipasi dengan kalangan non muslim dalam Hari-hari Raya mereka (Natal, Tahun Baru, Paskah, Imlek, dll, red), seperti hari ulang tahun misalnya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jawaban : </div><div style="text-align: justify;">Alhamdulillah. Seorang muslim tidak boleh berpartisipasi dalam hari-hari perayaan mereka dan turut menunjukkan kegembiraan dan keceriaan bersama mereka dalam memperingatinya, atau ikut libur bersama mereka, baik itu peringatan yang bersifat keagamaan atau keduniawiaan. Karena itu menyerupai musuh-musuh Allah yang memang diharamkan, selain juga berarti menolong mereka dalam kebatilan. Diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa yang menyerupai satu kaum berarti termasuk golongan mereka." </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sementara Allah juga berfirman: "Bertolong-tolonganlah dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan; bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Keras siksanya.." (QS.Al-Maa-idah : 2)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka kami nasihat agar Anda menelaah kibat Iqtidhaa-ush Shiratil Mustaqiem karya Ibnu Taimiyyah -Rahimahullah-- sebuah buku yang amat bermutu sekali dalam persoalan tersebut. Wabillahit Taufiq. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">(Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuts Ilmiyyah wal Iftaa. Fatwa nomor 2540)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pertanyaan : </div><div style="text-align: justify;">Saya menyaksikan banyak kaum muslimin yang turut berpartisipasi dalam merayakan Hari Natal dan berbagai perayaan lain. Apakah ada dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah yang bisa saya tunjukkan kepada mereka bahwa kegiatan tersebut tidaklah disyariatkan?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jawaban : </div><div style="text-align: justify;">Ikut serta dalam Hari Raya orang kafir bersama mereka tidak boleh, berdasarkan hal-hal berikut:</div><div style="text-align: justify;">Pertama: itu berarti menyerupai mereka. Nabi bersabda: "Barangsiapa menyerupai satu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan dikatakan oleh Al-Albani -Rahimahullah-- : "Hasan shahih." (Shahih Abu Dawud II : 761)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ini merupakan ancaman keras. Abdullah bin Amru bin Ash Radhiallahu 'anhuma pernah menyatakan: "Barangsiapa yang tinggal di negeri kaum musyrikin dan mengkuti acara Nairuz dan festival keagamaan mereka, lalu meniru mereka hingga mati, ia akan merugi di Hari Kiamat nanti."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kedua: Ikut serta berarti juga menyukai dan mencintai mereka</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah berfirman: "Janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai wali kalian.."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikian juga Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman; janganlah kalian menjadikan musuh-musuh-Ku dan musuh-musuh kalian sebagai wali yang kalian berikan kepada mereka kecintaan padahal mereka telah kafir terhadap kebenaran yang datang kepada mereka.."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang ketiga: Hari Raya adalah masalah agama dan akidah, bukan masalah keduniaan, sebagaimana ditegaskan dalam hadits: "Setiap kaum memiliki Hari Raya, ini adalah Hari Raya kita.." Hari Raya mereka mengekspresikan akidah mereka yang rusak, penuh syirik dan kekafiran.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keempat: "Dan mereka-mereka yang tidak menghadiri kedustaan (kemaksiatan).." ditafsirkan oleh para ulama bahwa yang dimaksud dengan kedustaan dalam ayat itu adalah Hari-hari Raya kaum musyrikin. Sehingga tidak boleh menghadiahkan kepada mereka kartu ucapan selamat, atau menjualnya kepada mereka, demikian juga tidak boleh menjual segala keperluan Hari Raya mereka, baik itu lilin, pohon natal, makanan-makanan; kalkun, manisan atau kue yang berbentuk stik atau tongkat dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kalau yang dimaksud dengan peringatan di situ adalah peringatan Hari Raya orang-orang kafir dan musyrikin tersebut, jelas tidak boleh kita berpartisipasi dalam Hari Raya yang batil tersebut. Karena itu mengandung kerja sama dan menolong mereka dalam berbuat dosa dan permusuhan. Berpartisipasi dalam Hari Raya mereka juga berarti Menyerupai orang-orang kafir. Islam telah melarang menyerupai orang-orang kafir. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menyerupai satu kaum, maka ia termasuk dalam golongan mereka." (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Ahmad)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Umar bin Al-Khattab pernah menyatakan: "Jauhilah musuh-musuh Allah pada Hari Raya mereka." Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ibnul Qayyim -Rahimahullah-- menyatakan: "Kaum muslimin tidak boleh menghadiri perayaan Hari-hari Raya kaum musyrikin menurut kesepakatan para ulama yang berhak memberikan fatwa. Para ulama fikih dari madzhab yang empat sudah menegaskan hal itu dalam buku-buku mereka. Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Umar bin Al-Khattab Radhiallahu 'anhu bahwa beliau pernah berkata: "Janganlah menemui orang-orang musyrik di gereja-gereja mereka pada Hari Raya mereka. Karena kemurkaan Allah sedang turun di antara mereka." Umar juga pernah berkata: "Jauhilah musuh-musuh Allah itu pada Hari Raya mereka." Imam Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan sanad yang bagus dari Abdullah bin Amru Radhiallahu 'anhuma beliau pernah berkata: "Barangsiapa lewat di negeri non Arab, lalu mereka sedang merayakan Hari Nairuz dan festival keagamaan mereka, lalu ia meniru mereka hingga mati, maka demikianlah ia dibangkitkan bersama mereka di Hari Kiamat nanti." (Lihat Ahkaamu Ahlidz Dzimmah I : 723-724).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Ibnu Taimiyyah -Rahimahullah-- menyatakan dalam bukunya yang agung Iqtidha-ush Shirathil Mustaqiem Mukhalafata Ash-haabil Jahiem: "Adapun apabila seorang muslimin menjual kepada mereka pada Hari-hari Raya mereka segala yang mereka gunakan pada Hari Raya tersebut, berupa makanan, pakaian, minyak wangi dan lain-lain, atau menghadiahkannya kepada mereka, maka itu termasuk menolong mereka mengadakan Hari Raya mereka yang diharamkan. Dasarnya satu kaidah: tidak boleh menjual anggur atau jus kepada orang kafir yang jelas digunakan untuk membuat minuman keras. Juga tidak boleh menjual senjata kepada mereka bila digunakan untuk memerangi kaum muslimin."</div><div style="text-align: justify;">Kemudian beliau menukil dari Abdul Malik bin Habib dari kalangan ulama Malikiyyah: "Sudah jelas bahwa kaum muslimin tidak boleh menjual kepada orang-orang Nashrani sesuatu yang menjadi kebutuhan Hari Raya mereka, baik itu daging, lauk-pauk atau pakaian. Juga tidak boleh memberikan kendaraan kepada mereka, atau memberikan pertolongan untuk Hari Raya, karena yang demikian itu termasuk memuliakan kemusyrikan mereka dan menolong mereka dalam kekufuran mereka." (Al-Iqtidhaa cet. Darul Makrifah dengan tahqiq Al-Qafiyy hal. 229-231)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semua perayaan tahunan dan pertemuan tahunan (yang dirayakan non Muslim, red) adalah Hari-hari Raya bid'ah dan ajaran bid'ah yang tidak pernah diturunkan oleh Allah penjelasan tentang hal itu. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berhati-hatilah terhadap amalan yang dibuat-buat. Setiap amalan yang dibuat-buat adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi serta yang lainnya)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: "Masing-masing kaum memiliki Hari Raya, dan ini adalah Hari Raya kita." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -Rahimahullah-- mengulas persoalan tersebut secara panjang lebar dalam buku beliau Iqtidha-ush Shiratil Mustaqiem Mukhalafata Ash-habil Jahiem, berkaitan dengan kecaman terhadap berbagai Hari Raya bid'ah yang tidak ada asalnya dalam ajaran Islam yang lurus. Adapun kerusakan yang terkandung dalam acara-acara tersebut, tidak setiap orang, bahkan juga kebanyakan orang tidak dapat mengetahui kerusakan yang terkandung dalam bentuk bid'ah semacam itu. Apalagi bentuk bid'ah itu adalah bid'ah dalam ibadah syariat. Hanya kalangan cerdik pandai dari para ulama yang dapat mengetahui kerusakan yang terdapat di dalamnya.</div><div style="text-align: justify;">Kewajiban umat manusia adalah mengikuti ajaran Kitabullah dan Sunnah Rasul, meskipun ia belum bisa mengetahui maslahat dan kerusakan yang terdapat di dalamnya. Dan bahwasanya orang yang membuat-buat satu amalan pada hari tertentu dalam bentuk shalat, puasa, membuat makanan, banyak-banyak melakukan infak dan sejenisnya, tentu akan diiringi oleh keyakinan hati. Karena ia pasti memiliki keyakinan bahwa hari itu lebih baik dari hari-hari lain. Karena kalau tidak ada keyakinan demikian dalam hatinya, atau dalam hati orang yang mengikutinya, tidak akan mungkin hati itu tergerak untuk mengkhususkan hari tertentu atau malam tertentu dengan ibadah tersebut. Mengutamakan sesuatu tanpa adanya keutamaan adalah tidak mungkin.</div><div style="text-align: justify;">Kemudian Hari Raya (Ied) bisa menjadi nama untuk tempat perayaan, waktu perayaan, atau pertemuan pada perayaan tersebut. Ketiganya memunculkan beberapa bentuk bid'ah. Adapun yang berkaitan dengan waktu, ada tiga macam. Terkadang di dalamnya juga tercakup sebagian bentuk tempat dan aktivitas perayaan.</div><div style="text-align: justify;">Pertama: Hari yang secara asal memang tidak dimuliakan oleh syariat, tidak pernah pula disebut-sebut oleh para ulama As-Salaf. Tidak ada hal yang terjadi yang menyebabkan hari itu dimuliakan.</div><div style="text-align: justify;">Yang kedua: Hari di mana terjadi satu peristiwa sebagaimana terjadi pada hari yang lain, tanpa ada konsekuensi menjadikannya sebagai musim tertentu, para ulama As-Salaf juga tidak pernah memuliakan hari tersebut. Maka orang yang memuliakan hari itu, telah menyerupai umat Nashrani yang menjadikan hari-hari terjadinya beberapa peristiwa terhadap Nabi Isa sebagai Hari Raya. Bisa juga mereka menyerupai orang-orang Yahudi. Sesungguhnya Hari Raya itu adalah syariat yang ditetapkan oleh Allah untuk diikuti. Kalau tidak, maka akan menjadi bid'ah yang diada-adakan dalam agama ini.</div><div style="text-align: justify;">Demikian juga banyak bid'ah yang dilakukan masyarakat yang meniru-niru perbuatan umat Nashrani terhadap hari kelahiran Nabi Isa -'Alaihissalam-- , bisa jadi untuk menunjukkan kecintaan terhadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan memuliakan beliau. Perbuatan semacam itu tidak pernah dilakukan oleh generasi As-Salaf, meskipun yang mengharuskannya (bila memang boleh) sudah ada, dan tidak ada hal yang menghalangi.</div><div style="text-align: justify;">Yang ketiga: Hari-hari di mana dilaksanakan banyak syariat, seperti hari Asyura, hari Arafah, dua Hari Raya dan lain-lain. Kemudian sebagian Ahli Bid'ah membuat-buat ibadah pada hari itu dengan keyakinan bahwa itu merupakan keutamaan, padahal itu perbuatan munkar yang dilarang. Seperti orang-orang Syi'ah Rafidhah yang menghaus-hauskan diri dan bersedih-sedih pada hari Asyura' dan lain-lain. Semua itu termasuk perbuatan bid'ah yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, tidak pula oleh para generasi As-Salaf atau Ahli Bait Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun mengadakan pertemuan rutin yang berlangsung secara terus menerus setiap minggu, setiap bulan atau setiap tahun selain pertemuan-pertemuan yang disyariatkan, itu meniru pertemuan rutin dalam shalat lima waktu, Jumat, Ied dan Haji. Yang demikian itu termasuk bid'ah yang dibuat-buat.</div><div style="text-align: justify;">Dasarnya adalah bahwa seluruh ibadah-ibadah yang disyariatkan untuk dilakukan secara rutin sehingga menjadi sunnah tersendiri dan memiliki waktu pelaksanaan tersendiri kesemuanya telah ditetapkan oleh Allah. Semua itu sudah cukup menjadi syariat bagi hamba-hamba-Nya. Kalau ada semacam pertemuan yang dibuat-buat sebagai tambahan dari pertemuan-pertemuan tersebut dan dijadikan sebagai kebiasaan, berarti itu upaya menyaingi syariat dan ketetapan Allah. Perbuatan itu mengandung kerusakan yang telah disinggung sebelumnya. Lain halnya dengan bentuk bid'ah yang dilakukan seseorang sendirian, atau satu kelompok tertentu sesekali saja."</div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan penjelasan sebelumnya, seorang muslim tidak boleh berpartisipasi pada hari-hari yang dirayakan setiap tahun secara rutin, karena itu menyaingi Hari-hari Raya kaum muslimin sebagaimana telah kita jelaskan sebelumnya. Tetapi kalau dilakukan sekali saja, dimisalkan seorang muslim hadir di hari itu untuk memberikan penjelasan kepada kaum muslimin lainnya dan menyampaikan kebenaran kepada mereka, maka tidak apa-apa, insya Allah. Wallahu A'lam. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">(Dikutip dari Masa-il wa Rasaa-il oleh Muhammad Al-Humud An-Najdi 31. Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuts Ilmiyyah wal Iftaa. Fatwa nomor 2540)</div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;"><b> Sumber artikel : <i>http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=406</i></b> </div></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-7320609826065443432010-12-19T22:01:00.000+07:002010-12-19T22:01:37.551+07:004 Sifat Seorang Da'i<div style="text-align: justify;">Bismillah...</div><div style="text-align: justify;">Berikut ini saya ringkaskan hasil ta'lim yang berlangsung tadi siang bersama Ustadz Isma'il Al Aluury hafizhohulloh. Ta'lim ini membahas tentang muqodimah kitab Al Ushul Ats Tsalatsah karya Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rohimahullohu. Matan dari muqodimah itu adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Arabic Transparent"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Arabic Transparent";">اعلم رحمك الله ـ أنه يجب علينا تعلم أربع مسائل :</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16.0pt; mso-ascii-font-family: "Arabic Transparent"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Arabic Transparent";">الأولى : العلم وهو معرفة الله ومعرفة نبيه ومعرفة دين الإسلام بالأدلة . الثانية : العمل به الثالثة : الدعوة إليه الرابعة : الصبر على الأذى فيه والدليل قوله تعالى بسم الله الرحمن الرحيم (وَالْعَصْرِ) (العصر:1) (إِنَّ الْأِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ) (العصر:2) (إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)(العصر:3) [ سورة العصر ]</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 21px;"> </span></div><br />
<div style="text-align: justify;">Artinya:</div><div style="text-align: justify;">Ketahuilah, semoga Alloh merahmatimu.Bahwasanya wajib atas kita untuk mengetahui empat hal, yang pertama adalah Al Ilmu, yaitu mengenal Alloh, mengenal nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalil; yang kedua adalah beramal dengannya (Ilmu); yang ketiga berdakwah kepadanya, yang keempat adalah bersabar atas gangguan-gangguan yang ada di dalamnya.Dan dalilnya adalah firman Alloh Ta'ala: (Surat Al 'Ashr).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keempat hal di atas adalah empat ciri yang wajib dimiliki oleh seorang da'i sehingga dia pantas untuk diikuti, ditaati, dan diambil faedah darinya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Al Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyah dalam kitab Zadul Ma'ad. </div><div style="text-align: justify;">Seorang da'i harus memiliki ilmu yang cukup untuk bisa berdakwah, mengajak manusia ke jalan Alloh. Namun, ilmu saja tidaklah cukup. Dia harus mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya. Kata seorang salaf, seorang disebut alim jika memiliki ilmu dan beramal dengan ilmu tersebut. Kemudian seorang da'i juga harus mendakwahkan ilmu yang dimilikinya kepada manusia. Dan dakwah itu tidak harus berupa pengkajian kitab-kitab di depan majelis. Dakwah dapat dilakukan ketika sedang duduk-duduk bersama teman, atau ketika sedang makan bersama, sedang berolahraga, atau pada kesempatan-kesempatan lainnya. Dan berdakwah pun harus dilakukan dengan penuh hikmah. Apa itu hikmah? Hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dakwah hukum asalnya adalah lembut, tetapi jika dibutuhkan dakwah itu bisa keras dan tegas. Tentu saja hal ini tergantung pada siapa orang yang sedang dihadapi ketika berdakwah. Dan berdakwah pun tidak melulu berkesan menggurui. Kita bisa berdakwah kepada teman kita dengan cara yang santai, yang penting pesan kita tersampaikan. Dan perkara terakhir yang dimiliki seorang da'i adalah sabar terhadap segala cobaan yang merintangi dakwah mereka. Dakwah bukanlah pekerjaan yang remeh, yang santai, yang enak. Dalam dakwah, sering muncul rintangan-rintangan ataupun gangguan-gangguan. Dan ini adalah sunatulloh bagi siapa saja yang hendak berdakwah kepada jalan Alloh, pasti selalu ada rintangan, mulai dari zaman Nabi Nuh 'alaihissalam, Nabi Musa 'alaihissalam, Rosululloh Sholallohu'alaihi wasallam, hingga ke zaman sekarang ini. Dan semua gangguan ini harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan selalu mengharapkan pertolongan kepada Alloh Ta'ala.</div><div style="text-align: justify;">Dan tambahan lagi, ketika kita ingin berdakwah ke tengah masyarakat, yang dibutuhkan oleh mereka itu adalah amalan-amalan. Kebanyakan mereka tidak terlalu mementingkan dalil yang mendasarinya. Oleh karena itu, jika menghadapi masyarakat yang seperti ini, seorang da'i harus menonjolkan amalannya terlebih dahulu, seperti amalan ibadah, akhlak, dan mu'amalah. Namun, semua ini tidak boleh melupakan ilmu yang merupakan landasan dari suatu amalan. </div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-81005674425216578752010-12-16T14:27:00.000+07:002010-12-16T14:27:24.330+07:00Issue of Jogjakarta Speciality: A "Bug" in Democracy System<div style="text-align: justify;">Recently, the issue about the speciality of Jogjakarta became trend in press. This issue is triggered by President SBY's speech that pertained about the monarchy system in Jogjakarta which is inappropriate with the democracy system in Indonesia.<br />
There is an interesting thing that can be observed in this issue. If we analyze about the democracy system, we can make a conclusion that the core of this system is freedom and to respect all side. It's means that every people free to give their opinion, just like in country which deify democracy, USA. But, what happened in Jogjakarta is a paradox of the democracy application. In one side, the government want that democracy can be applied in Jogjakarta, so "ordinary men" will have an opportunity to become a leader (governor) in that province. But, on the other side, the government doesn't respect the opinion/eagerness of Jogja people who want the monarchy system, which is the opponent of democracy system, still be applied in framework of Jogjakarta speciality. Here, the democracy try to betray it's own principal, and become a what Indonesian call "senjata makan tuan". Therefore, we can make a question, "do democracy system, which try to respect/tolerate all group/side, will capable to tolerate one group, that is anti-democracy group?". This is the "bug" of democracy system. <br />
"Bug" is a weakness of a system, and this term is often used in computer system. A similar "bug" with a democracy system I also found in other system that have a spirit to tolerate, to respect, and to be friend with all group in society. In a religious system, there is a term "pluralism" that aimed to unified differences in the country with various religion, and various understanding and study of religion, just like Indonesia. However, I'm sure that this concept of pluralism will not tolerate to a group of people who argue pluralism. People who believe that there is only one religion is true. This is also the paradox of the pluralism concept and pointing that it's false. And I'm belonging to people who disagree with pluralism, because it's wrong. I believe that my religion(Islam) have regulate how we live with people with different religion, and it's different with the concept of pluralism that manifests recently.<br />
So, the conclusion of this writing is that in my opinion, both democracy and pluralism system is wrong.</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-56514020687410366622010-12-14T06:10:00.000+07:002010-12-14T06:10:37.811+07:00Keutamaan Puasa Asyura Dibarengi Hari Lainnya<h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: small; font-weight: normal;">Penulis : Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Ifta</span> </h2>Sebuah hadits Abu Qatadah Radiyyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu alaihi Sallam bersabda : "Aku berdo’a pada Allah bahwa puasa pada hari Asyura dapat menebus dosa tahun yang lalu." Riwayat Imam Muslim, Al-Jami'-Us-Sahih II/2602.<br />
<br />
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: "Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim (1162), Ahmad 5/296, 297). <br />
<br />
Ibnu Abbas menyatakan : "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya selain hari ini (Asyura') dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya: Ramadhan)." (HR. al-Bukhari (2006), Muslim (1132)). <br />
<br />
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah yang bernama Muharram. (HR. Muslim,1163). <br />
<br />
Juga, "Abu Hurairah Radiyallahu Anhu meriwayatkan Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam bersabda : " Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling utama sesudah salat fardlu adalah salat malam." HR Muslim II/2611.<br />
<br />
Dalam hadits disebutkan bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Wahai Rasulullah! sesungguhnya Asyura' itu hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim (1134) dari Ibnu Abbas).<br />
<br />
Yang dianjurkan bagi muslimin di hari Asyura.<br />
<br />
Tanya : Apakah wajib atas muslim untuk berpuasa di hari Asyura ( hari kesepuluh dari bulan Muharram), dan apakah Zakat Fitri wajib (pada hari itu) ?<br />
<br />
Jawab : Telah disyariatkan untuk muslim untuk berpuasa pada hari Asyura (sebelumnya), karena telah diwajibkan puasa di hari Asyura oleh Nabi Salallaahu ` Alayhi wa Sallam. Akan tetapi, disaat (puasa Ramadhan) diwajibkan, maka bagi barangsiapa yang ingin berpuasa ('Asyura) silakan berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin menyukai maka tidak mengapa. Dan padanya (hari Asyura) tidak ada kewajiban Zakat Al-Fitr (untuk dibayar) pada hari Asyura, sebagaimana ditetapkan (zakat fitrah tersebut) atas `Ied al-Fitr selepas bulan Ramadhan.<br />
<br />
Dan kepada Allahlah seluruh pangkal kesuksesan, dan semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Muhammad Nabi kita (Salallaahu `Alayhi wa Sallam) dan keluarganya serta sahabatnya.<br />
<br />
Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Saudi Arabia, Dewan Tetap Arab Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa.<br />
<br />
Ketua : Syaikh ' Abdul ' Aziz ibn Abdullah ibn Baz<br />
Wakil Ketua : Syaikh ' Abdur-Razzaq ' Afifi<br />
Anggota: Syaikh ' Abdullaah Ibn Ghudayyaan<br />
<br />
Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Saudi Arabia, Dewan Tetap Arab Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa, Jilid 10 hal 400, No.10962. <br />
<br />
(Dinukil dari URL : http://www.fatwa-online.com/fataawa/worship/fasting/fas009/0000405_1.htm).<br />
<br />
Tanya : Apakah diizinkan untuk berpuasa ' Asyura sehari saja (tgl 10 Muharam saja, red) ?<br />
<br />
Jawab : Diperbolehkan untuk puasa hari Asyura. (hari kesepuluh Muharram) satu hari saja, akan tetapi hal itu menjadi lebih baik untuk puasa hari sebelumnya atau hari setelahnya juga dan ini adalah Sunnah yang diajarkan Nabi (Salallaahu `Alaihi wa Sallam) yang bersabda : “Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan." (hari Muharam), (Diriwayatkan oleh Imam Muslim (1134) dari Ibnu Abbas, Imam Ahmad, Ibn Majah, Ibn Abi Syaibah, At-Tahawi, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi]. Ibn ' Abbas ( radliyallaahu ' anhumaa) berkata : (bersama dengan hari yang kesepuluh (bulan Muharram).<br />
<br />
("Berpuasalah pada hari Asyura' dan selisihilah orang-orang Yahudi itu, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." (Fathul Bari, 4/245), red) <br />
<br />
Dan kepada Allahlah seluruh pangkal kesuksesan, dan semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Muhammad Nabi kita (Salallaahu `Alaihi wa Sallam) dan keluarganya serta sahabatnya.<br />
<br />
Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Saudi Arabia, Dewan Tetap Arab Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa.<br />
<br />
Ketua : Syaikh ' Abdul ' Aziz ibn Abdullah ibn Baz<br />
Wakil Ketua : Syaikh ' Abdur-Razzaq ' Afifi<br />
Anggota: Syaikh ' Abdullaah Ibn Ghudayyaan<br />
<br />
(Dikutip dari terjemah Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Saudi Arabia, Dewan Tetap Arab Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa, Jilid 10 hal 401, No.13700. http://www.fatwa-online.com/fataawa/worship/fasting/fas009/0000405_2.htm)<br />
<br />
Sumber: salafy.or.idAditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-82202245205949574532010-12-12T06:54:00.000+07:002010-12-12T06:54:32.395+07:00Ketika Virus-Virus Futur Menyerang<div style="text-align: justify;">Sebagai seorang muslim, kita perlu mengetahui bahwa yang bisa menyelamatkan kita di kehidupan akhirat kita hanya dua hal, yaitu aqidah shohihah dan amal sholih. Yang perlu kita lakukan di dunia ini adalah hanya selalu istiqomah di atas kedua hal tersebut. Namun, ada kalanya ketika kita sedang berusaha istiqomah, kita malah berbelok dari jalur keistiqomahan tersebut. Kita mundur dari apa yang kita pertahankan tersebut.Keadaan seperti ini dalam Islam diistilahkan dengan futur.<br />
Berikut ini saya ringkaskan hasil ta'lim kemarin sore bersama Al Ustadz Abu Hamzah hafidhohullohu, mengenai masalah futur ini.</div><br />
<b>Definisi Futur</b><br />
Futur secara bahasa bisa diartikan terputus setelah terus menerus, pasif setelah aktir, kemunduran, dan kemalasan. Secara istilah artinya kemunduran kita dalam menjalankan perintah-perintah agama.<br />
<br />
<b>Penyebab Futur</b><br />
<div style="text-align: justify;">1. Berlebih-lebihan dalam menjalankan perintah agama, hingga tidak memberikan kesempatan kepada tubuh untuk beristirahat, dan tidak memberikan hak-haknya. Hal ini akan menyebabkan kebosanan hingga akhirnya malah akan meninggalkan ibadah tersebut. Rosululloh sholallohu 'alaihi wasallam melarang umatnya untuk berlebih-lebihan dalam menjalankan ibadah.<br />
2. Berlebihan dalam mengkonsumsi hal mubah. Pada bagian ini, ustadz menerangkan contohnya adalah makan. Ketika kita berlebihan dalam makan, tubuh kita akan kekenyangan dan akan menyebabkan malas beribadah. Mungkin bisa juga tidur dijadikan sebagai contoh lain.<br />
3. Senang hidup menyendiri, dan menghindari berkumpul dengan orang lain, terutama orang-orang sholih. Ketika orang suka hidup menyendiri, tidak ada orang lain yang bisa dijadikan cermin, yang bisa dijadikan cambuk ketika imannya sedang down. Selain itu, syaiton selalu bersama orang yang sendirian. Jika ada teman, ketika amalan kita down, kita melihat kepada teman kita yang masih semangat, maka kita akan tercambuk untuk semangat kembali. Selain itu, ketika ada teman, kita bisa saling menasihati.<br />
4. Kurangnya mengingat kematian dan akhirat. Kita disibukkan dengan aktivitas duniawi, seperti bekerja, kuliah, dll. Hal ini akan menyebabkan kita lalai terhadap ibadah kita. Jika kita mengingat kematian, mengingat bahwa kita akan kembali ke tanah, kemudian akan ada hari perhitungan dan pembalasan, maka kita akan merasa takut akan hal itu dan akan semangat lagi untuk melaksanakan ibadah. Oleh karena itu, ustadz menyarankan agar kita sekali-kali membaca buku tentang kematian, tentang hari kiamat, di sela-sela aktivitas kita sehari-hari.<br />
5. Terlalu banyak melakukan hal yang sia-sia. Ini juga akan menyebabkan kemunduran kita dalam beribadah.<br />
6. Adanya makanan yang bersifat haram dan syubhat dalam tubuh kita. Makanan haram kita tahu, sedangkan makanan syubhat adalah makanan yang tidak jelas halal atau haram. <br />
<br />
<b>Apa Solusinya?</b><br />
Solusinya tentu saja adalah lawan dari penyebab-penyebab itu. Kita harus senantiasa memperhatikan hak-hak tubuh kita agar tidak capek, kita tidak boleh berlebihan dalam hal-hal mubah, kita harus berkumpul bersama orang-orang sholih, harus sering mengingat kematian dan akhirat, menghindari perkara yang sia-sia, dan menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. <br />
Saya juga ingin memberikan solusi tambahan yang saya dapat dari pengalaman hidup sehari-hari saya. Pertama adalah ketika kita sedang lemah, paksakan saja diri kita untuk melaksanakan ibadah dan sebisa mungkin kita hindari maksiat, sebab iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Ketika kita memaksakan untuk beramal dan menghindari maksiat, iman kita akan bertambah, dan efeknya kita akan lebih semangat lagi dalam melakukan ibadah dan menjauhi maksiat, dan begitu seterusnya, seperti efek domino. Sedangkan solusi yang kedua, dikhususkan bagi para pemuda yang belum menikah, yaitu selalu mengingat surat AnNuur ayat 26: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik". Jika kita ingin mendapatkan pasangan yang sholih/sholihah, buatlah diri kita menjadi sholih/sholihah dulu. Jika seorang pemuda mengingat ini, insyaAlloh ia akan semangat lagi ibadahnya..<br />
Selamat mengaplikasikan, semoga bermanfaat.</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-75589557461137574642010-12-08T22:33:00.000+07:002010-12-08T22:33:41.314+07:00Renungan Hari IniYa Alloh, apa yang selama ini aku lakukan. Aku telah membuang-buang waktu, untuk sesuatu yang tak berguna. Padahal, seorang yang beriman tidak akan menyia-nyiakan waktunya. Adapun aku, tidak hanya disia-siakan waktuku, bahkan waktu itu aku buang ke tempat sampah, yang kotor.<br />
Waktu memang tidak bisa diputar lagi, apa yang telah dilalui tidak bisa diulangi. Lalu bagiamana aku harus menyikapi. Yang bisa kulakukan hanya memperbaiki waktu yang segera kujelang. Mulai dari saat ini juga.<br />
Yang perlu aku lakukan adalah memperbaiki diri. Karena iman bertambah dengan amal dan berkurang dengan maksiat.<br />
Ya Alloh, bimbinglah diriku...Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-41633157924608436222010-12-04T06:19:00.000+07:002010-12-04T06:19:03.936+07:00Demam BulutangkisSetelah event asian games 2010 selesai dengan hasil gemilang bagi pasangan Indonesia, Kido-Hendra, tanganku menjadi semakin gatal untuk memegang raket. Bagaimana tidak, melihat teknik memukul yang mereka lakukan, aku jadi ingin sekali untuk bisa melakukan itu. Oleh karena itu, aku menjadi semakin rajin latihan. Kemudian aku cari-cari referensi, baik berupa artikel, ebook, maupun video tentang teknik-teknik yang benar dalam bermain bulutangkis. Dan demamku ini semakin dikondisikan dengan semakin banyaknya temanku yang mulai menggemari olahraga pukul-memukul bulu ini.<br />
Sebenarnya bulutangkis bukanlah hal yang baru dalam hidupku. Aku sudah memegang raket sejak kelas 3 SD. Ini karena bapakku dan pamanku adalah penggemar bulutangkis, dan di belakang rumah ada lapangan bulutangkis yang rutin digunakan oleh warga di sekitar RT-ku untuk berlatih setiap malam minggu. Kondisi inilah yang membuat bulutangkis sangat familiar bagiku.<br />
Namun ketika SMA, aku mulai jarang bermain bulutangkis. Hal ini karena lapangannya sudah beralih fungsi, kemudian banyak para pemain bulutangkis di RT-ku sudah mulai uzur dan jarang bermain bulutangkis. Dan baru di bangku kuliah aku mulai aktif lagi.<br />
Bulutangkis dapat dikatakan merupakan olahraga raket dengan kecepatan tinggi. Hal ini karena shuttlecock tidak boleh menyentuh lantai lapangan selama pertandingan atau kita akan kehilangan point. Selain itu, kecepatan gerak dan reaksi/reflek pemain dalam mengantisipasi datangnya bola juga sangat penting, apalagi pada permainan ganda (lihat video di bawah). Hal inilah yang membuat bulutangkis sangat menarik bagiku<br />
<br />
<object height="385" width="480"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/4D-PYBQQSZk?fs=1&hl=en_US&rel=0"></param><param name="allowFullScreen" value="true"></param><param name="allowscriptaccess" value="always"></param><embed src="http://www.youtube.com/v/4D-PYBQQSZk?fs=1&hl=en_US&rel=0" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="480" height="385"></embed></object>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-37156611072025738232010-11-02T21:08:00.003+07:002010-11-02T21:08:50.031+07:00Macet: Hasil Observasi Tadi SiangSeandainya pengguna mobil yang mengendarai mobilnya sendirian mau mengalah dan sedikit mau berkorban, misal dengan memakai angkot atau sepeda, insya Alloh kemacetan di kota-kota besar akan sedikit terkurangi. Penjelasannya seperti ini, jika satu mobil dengan luas 6 m2, dan ada 6 orang yang bepergian dengan mobil masing-masing, maka kapasitas jalan yang digunakan sebanyak 36 m2. Seandainya 6 orang ini mau mengorbankan gengsinya, dan mau menggunakan angkot, maka kapasitas jalan yang digunakan berkurang menjadi hanya 6 m2. Lihatlah perbedaan yang sangat signifikan ini. Seandainya di Bandung ini dalam seharinya terdapat 1000 orang yang menggunakan mobil seorang diri, maka kapasitas jalan yang digunakan adalah 6000 m2. Jika tiap angkot dapat mengangkut 10 orang, maka yang dibutuhkan hanya sebanyak 100 angkot, dan total kapasitas jalan yang digunakan akan berkurang secara signifikan menjadi hanya 600 m2. Dan tentu akan lebih kecil lagi jika semua orang ini menggunakan sepeda. Dari perhitungan ini, saya yakin sepertinya penyebab terbesar kemacetan di kota besar adalah orang-orang ini, orang-orang yang karena gengsi atau alasan apapun berkendara dengan mobil seorang diri dengan seenaknya. Oleh karena itu, saya gak suka sama orang yang naik mobil sendirian. Buang-buang kapasitas jalan.Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-37616397455366443512010-10-29T21:23:00.002+07:002010-10-29T21:23:51.739+07:00Mandulnya Riset Mahasiswa di Bidang Perminyakan di TM-ITB<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div>{Tulisan ini merupakan opini saya pribadi berdasarkan apa yang saya lihat. Mungkin ada hal yang benar, mungkin pula ada yang tidak sesuai kenyataan. Jika ada yang kurang sesuai, tulisan ini terbuka terhadap koreksi}<br />
<br />
Majunya riset di suatu negara merupakan salah satu parameter keunggulan negara tersebut, terutama di bidang pengetahuan. Riset juga bisa dijadikan parameter keunggulan SDM dan tingkat pendidikan. Di Indonesia, lebih khusus lagi di ITB, atau lebih tepatnya di Teknik Perminyakan, riset belum dilaksanakan dengan optimal. Memang, selama ini banyak dilakukan proyek-proyek yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan minyak.Namun, proyek tentu saja tidak sama dengan riset. Dalam proyek, metode atau teknologi yang digunakan biasanya yang sudah ada, sehingga minim inovasi. Lalu bagaimana dengan TA yang dilakukan mahasiswa?? Meskipun ada TA yang bersifat riset, jumlahnya tidaklah banyak, ataupun riset yang dilakukan dalam TA kurang intensif, sehingga TA-nya pun kurang inovatif.<br />
Riset dapat didefinisikan sebagai "the search for knowledge or as any systematic investigation, with an open mind, to establish novel facts, usually using a scientific method."(Wikipedia). Kata kuncinya adalah: systematic, novel, scientific method. Jadi riset harus dilakukan secara sistematik, menghasilkan hal baru (inovasi), dan berdasarkan metode saintifik.Ketika riset dilakukan dengan optimal, maka akan diperoleh inovasi-inovasi yang orang lain belum memilikinya. Oleh karena itu, riset dapat menuntun kepada suatu kemandirian, terutama di bidang teknologi. Mungkin hal inilah yang membuat Indonesia masih tergantung kepada bangsa lain di bidang teknologi, yaitu karena kurang optimalnya riset di negeri ini, dalam kasus ini di bidang Teknik Perminyakan di Indonesia.<br />
Terdapat berbagai penyebab mengapa riset di TM kurang optimal:<br />
1. Mahasiswa kurang diberi dorongan untuk tertarik kepada riset. Mungkin karena riset membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama sehingga sedikit mahasiswa yang tertarik untuk melakukannya. Selain itu, seseorang yang ingin melakukan riset harus mau berkutat dengan buku referensi, jurnal, makalah, dan referensi-referensi lain yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti. Kebanyakan mahasiswa kurang menyenangi hal ini. Mereka lebih menyukai permasalahan-permasalahan praktis, yang mudah dikerjakan.<br />
2. Peralatan pendukung riset tidak memenuhi syarat. Sebagai mahasiswa TM-ITB, kita semua tahu lah kondisi lab AFR, lab Petro dan Lab lainnya. Hal ini tentu saja akan menghambat suatu kegiatan penelitian. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap semua ini??Tentu saja hal ini berbeda jauh dengan yang ada di KFUPM (<a href="http://www.kfupm.edu.sa/pet/pe_laboratories.htm" onmousedown="UntrustedLink.bootstrap($(this), "982f4", event);" rel="nofollow" target="_blank">http://www.kfupm.edu.sa/pet/pe_laboratories.htm</a>).<br />
Mungkin baru dua hal itu yang bisa saya identifikasi yang menjadi penyebab kurang gregetnya kegiatan riset di TM-ITB. Semoga segera ditemukan solusinya oleh pihak-pihak berwenang. </div></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-54727547925390590212010-09-18T18:36:00.003+07:002010-09-18T18:36:55.471+07:00Surat Khalid Ibnul Walid kepada Gubernur Kisra di MadainSiapa yang tidak bergetar kaki-kakinya ketika membaca surat dari Sang Pedang Alloh ini...<br />
"Dari Khalid kepada para petinggi negeri Persia. Keselamatanlah bagi orang yang mau mengikuti petunjuk.<br />
<br />
Amma ba'du<br />
Segala puji bagi Alloh yang telah menghancurkan kalian, mencabut kekuasaan kalian dan menghinakan tipu daya kalian. Sesungguhnya yang mengerjakan sholat seperti sholat kami, menghadap kiblat kami dan memakan sembelihan kami, maka dia telah dianggap sebagai seorang muslim, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti kami.<br />
Jika sampai kepada kalian suratku ini maka segera kirimkan kepadaku upeti, kalian akan menjadi ahlu dzimmah di bawah perlindungan kami. Jika tidak, maka demi Alloh yang tiada Ilaah yang Haq disembah selain diriNya, aku pasti akan mengirim kepada kalian suatu kaum yang lebih mencintai kematian daripada kecintaan kalian kepada kehidupan."Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-53017256584870150632010-07-03T09:37:00.000+07:002010-07-03T09:37:32.021+07:00Beware of Gas Explosion!!!!!<div style="text-align: justify;">Akhir-akhir ini, kasus ledakan gas semakin menjadi-jadi. Hal ini tentu saja membuat kita para pengguna tabung gas, terutama yang berukuran 3 kg menjadi was-was, sebab pada kasus ledakan gas yang selama ini terjadi, yang menjadi taruhan bukan hanya harta, tetapi juga nyawa. Untuk itu, kita perlu memperhatikan bagaimana kita menggunakan tabung gas tersebut, agar kejadian ledakan gas ini tidak menimpa kepada kita.</div><a name='more'></a>Yang paling penting, kita harus mengetahui bagaimana ledakan gas ini terjadi atau bagaimana mekanisme ledakan gas itu. Selama ini, yang diberitakan di media cetak atau media elektronik masih keliru mengenai ledakan gas ini. Yang diberitakan seakan-akan tabungnya yang meledak. Padahal kejadiannya tidak seperti itu. Menurut direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi BPPT, Pak Arya Rezavidi, yang meledak bukanlah tabungnya, tetapi gas yang bocor dan terkumpul di ruangan yang tertutup kemudian terpicu oleh percikan api menjadi suatu ledakan. Adapun tabung gasnya, yang terjadi selama ini tidaklah mengalami ledakan (seperti yang sering terlihat di TV). Oleh karena itu, faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa ledakan gas adalah: 1. adanya kebocoran gas, 2. Terkumpulnya/terkonsentrasinya gas dalam suatu ruangan tertutup tanpa adanya sirkulasi udara, 3. Adanya percikan api yang bisa menjadi pemicu.Setelah mengetahui mekanisme ledakan gas ini, maka kita bisa melakukan tindakan pencegahan pada tiga faktor yang telah teridentifikasi di atas.<br />
Pertama, mencegah terjadinya kebocoran gas. Menurut pak Arya lagi, pada sistem kompor gas yang ada sekarang, terdapat tiga titik yang paling berisiko menimbulkan kebocoran gas, yaitu katup antara tabung gas dan regulator, pada selang gas, dan pada sambungan antara selang dan kompor gas. Untuk itu, hal-hal yang bisa dilakukan antara lain: 1. Melakukan pemilihan dan pemeriksaan gas ketika membeli. Menurut saya, bagian dari tabung gas yang paling rawan menyebabkan kebocoran adalah pada katup tabung dan sambungan katup ke tabung. Pemeriksaan paling aman adalah dengan menggunakan air sabun. Jika terlihat ada gelembung-gelembung sabun yang membesar, hal ini menandakan adanya kebocoran gas. 2. Menggunakan regulator, selang, dan kompor yang memenuhi SNI. Hal ini lebih menjamin sistem kompor gas dari adanya kebocoran. 3. Melakukan pemasangan regulator dan kompor dengan seksama. <br />
<div style="text-align: justify;">Kedua, jika kebocoran gas telah terjadi, yang harus dilakukan adalah mencegah gas tersebut terkumpul dalam satu ruangan tertutup. Bagaimana cara mengetahui adanya kebocoran gas? Hidung kita merupakan suatu sensor yang sangat sensitif. Oleh karena itulah, maka gas elpiji diberi aroma yang khas (aslinya, gas elpiji tidak berbau). Jadi, jika di dapur kita tercium aroma gas elpiji yang khas, segera buka pintu dapur dan biarkan udara dari luar masuk. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya gas dalam konsentrasi tinggi di dalam ruangan, sebab gas inilah yang akan terbakar menghasilkan gas-gas H2O dan CO2 dan gas-gas buangan lain yang bervolume besar dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini diartikan sebagai ledakan.<br />
Ketiga, suatu ledakan dapat terjadi jika adanya pemicu. Pemicu ledakan adalah zat yang memiliki suhu di atas flash point gas elpiji, antara lain api dari korek, rokok, bunga api listrik dan benda-benda bersuhu tinggi lainnya. Untuk itu, jika terjadi kebocoran gas, jangan nyalakan api, rokok, ataupun obat nyamuk bakar. Selain itu, perhatikan instalasi listrik di rumah Anda. Jangan biarkan instalasi listrik di rumah Anda selalu memercikkan bunga api akibat pemasangan yang asal-asalan.<br />
Dan yang terakhir, adalah sikap kehati-hatian kita dalam menggunakan sistem kompor gas ini, sebab kebanyakan ledakan gas terjadi akibat human error. Selain itu, saya sangat menyarankan agar sosialisasi-sosialisasi semacam ini semakin banyak dilakukan kepada masyarakat, terutama mereka-mereka yang berada di desa yang kurang mengetahui tentang mekanisme kompor gas ini.<br />
<br />
</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-18510503514640531502010-07-02T16:03:00.000+07:002010-07-02T16:03:25.478+07:00The Power of The Poors<div style="text-align: justify;">Semalam saya menyaksikan sebuah film dokumenter yang ditayangkan di TvOne. Film ini menceritakan tentang perjuangan rakyat Bangladesh untuk keluar dari jerat kemiskinan yang telah membelenggu mereka sejak puluhan tahun yang lalu. Seperti diketahui bersama, Bangladesh merupakan salah satu dari negara termiskin di dunia. Namun, akhir-akhir ini, perekonomian di negara ini mulai menggeliat dengan digulirkannya program kredit mikro bagi rakyat-rakyat miskin baik di kota maupun di pedesaan. Program inipun yang kemudian membawa tokohnya, yaitu Muhammad Yunus, untuk menerima hadiah Nobel di bidang perdamaian.</div><a name='more'></a>Geliat kegiatan ekonomi di kota Dhaka, ibukota Bangladesh, digambarkan jelas dalam dokumenter berdurasi sekitar 1 jam tersebut. Gedung-gedung tinggi yang berfungsi sebagai perkantoran dan pabrik mulai banyak dibangun. Kesibukan warga kota Dhaka di tiap pagi pun digambarkan dalam film tersebut, bagaimana mereka berpacu dengan waktu untuk tidak terlambat datang ke tempat kerja. Selain itu, ada pula kegiatan pabrik-pabrik garmen berskala kecil yang ternyata dapat menjadi tulang punggung perekonomian di negara tersebut.<br />
<div style="text-align: justify;">Sebenarnya, yang menjadi pusat perhatian dari film tersebut adalah dua hal. Yang pertama adalah semangat rakyat-rakyat miskin di Bangladesh untuk terlepas dari belenggu kemiskinan. Mereka yang berasal dari pedesaan datang berbondong-bondong ke kota Dhaka untuk mencari pekerjaan karena mereka tidak memiliki tanah di desa tempat mereka berasal. Mereka datang ke kota dengan membawa apapun yang mereka punya di desa dan untuk bekerja apa saja di kota. Ada yang menjadi penjual es krim, buruh di pabrik garmen, pedagang barang kebutuhan sehari-hari, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Di antara mereka ada yang tidak puas dengan keadaan mereka sekarang berusaha untuk mengembangkan usaha mereka. Untuk mengembangkan usaha diperlukan modal, dan untuk mendapatkan modal dari bank disyaratkan adanya agunan untuk jaminan pengembalian dana. Namun, apa daya, kebanyakan dari orang-orang tersebut tidak memiliki barang untuk diagunkan sehingga pupuslah sudah harapan mereka untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank. Salah satu dari mereka adalah seorang wanita berusia 22 tahun (saya lupa namanya) yang memiliki usaha berjualan sembako, seperti minyak goreng, sabun, makanan, dan barang-barang lain. Pada awalnya, usaha wanita itu bersama suaminya cukup lancar, tetapi ketika sang suami menderita sakit, uang hasil usahanya tersebut habis untuk berobat. Dan sekarang, tokonya pun sepi pembeli akibat sedikitnya barang yang bisa dijual. Untuk mengisi tokonya kembali, diperlukan modal yang tidak sedikit, yaitu sekitar 180 dolar, dan dia tidak bisa mendapatkan pinjaman dari bank karena tidak memiliki jaminan.<br />
Sebenarnya, semangat rakyat Bangladesh sangatlah tinggi untuk bekerja, hal ini karena di sana ada ungkapan bahwa jika kamu hidup di Dhaka, tidak ada yang akan menolongmu, jadi berusahalah sendiri. Namun sayang, semangat yang tinggi ini terkendala oleh masalah permodalan. Dan gayung pun bersambut dengan didirikannya sebuah NGO/LSM yang bernama BARC yang didirikan oleh mantan dirut perusahaan besar di Bangladesh (saya juga lupa namanya). LSM ini mendirikan sebuah bank yang memusatkan usahanya untuk memberikan pinjaman dana bagi orang miskin. Model pinjaman dana ini menurut saya termasuk revolusioner karena tidak memerlukan barang untuk diagunkan, tetapi mereka yang ingin meminjam dana harus memiliki orang lain yang bisa memberikan jaminan, yaitu ketika si peminjam dana tidak bisa memenuhi angsuran pengembalian, maka si penjamin inilah yang akan membantu mengangsurnya. Selain itu, bunga pinjamannya pun jauh lebih kecil dibanding bunga bank pada umumnya. Model pinjaman seperti ini yang menjadi pusat perhatian kedua dalam dokumenter ini.<br />
Semangat rakyat miskin Bangladesh dan model kegiatan pinjaman modal ala BARC inilah yang menjadi kekuatan Bangladesh untuk terlepas dari kungkungan kemiskinan yang menjerat mereka selama puluhan tahun dan inilah yang saya sebut The Power of The Poors. Seandainya hal ini terus dikembangkan, saya yakin Bangladesh akan terus mengalami kemajuan dan bukannya tidak mungkin, beberapa tahun lagi negara kita akan tertinggal dari Bangladesh. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kalau negara ini meniru model pengentasan kemiskinan yang dilakukan di Bangladesh ini.<br />
</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-64939031666057551582010-06-15T10:45:00.000+07:002010-06-15T10:45:27.848+07:00Cita-Citaku: Dari Arkeolog hingga Juragan Kambing<div style="text-align: justify;">"Gantunglah cita-cita setinggi langit" merupakan suatu ungkapan yang sering dikatakan oleh seorang guru kepada murid-muridnya ataupun seorang ayah kepada anaknya, agar anak-anak itu menjadi bersemangat dalam hidup, memiliki tujuan, dan juga motivasi untuk meraih tujuan tersebut. Hidup ini tidak boleh hanya seperti air saja (saya sangat tidak setuju dengan pernyataan beberapa orang, "Hidup itu kayak air saja laah, let it flow"). Seseorang harus memiliki cita-cita. Dan karena saya adalah orang,saya pun memiliki cita-cita. Dan mungkin seperti orang kebanyakan, cita-cita saya pun berubah-ubah dari ketika masih kanak-kanak dulu hingga menjadi oom-oom seperti sekarang ini. Berikut ini adalah kronologi cita-cita saya yang berhasil saya ingat dan juga cerita yang ada di baliknya.</div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">Waktu SD dulu, mungkin sekitar kelas 1 atau kelas 2, saya suka membaca buku-buku IPS, dan beberapa buku yang saya baca merupakan buku IPS dan sejarah untuk anak kelas 4 hingga 6 SD. Dan materi yang sangat saya sukai dalam buku itu adalah pada bab sejarah peradaban manusia, mulai dari masa prasejarah hingga zaman sejarah. Saya berulang-ulang membaca buku itu hingga beberapa istilah yang cukup asing untuk anak seusia saya waktu itu pun telah ada di dalam otak saya, seperti Sarkofagus, Trinil, Meganthropus Palaeojavanicus, Kudungga, hingga nama-nama prasasti. Karena kesukaan saya terhadap sejarah ini, saya waktu itu pun memiliki cita-cita untuk menjadi seorang arkeolog, hehehe, cita-cita yang sangat aneh untuk anak seusia saya, secara kebanyakan anak akan menjawab dokter, insinyur, polisi, dan profesi-profesi populer lainnya.<br />
Ketika kelas 5 atau kelas 6 SD, pengetahuan saya pun bertambah. Saya mulai suka membaca buku-buku astronomi. Saya mulai senang dengan hal-hal yang berbau kosmik. Dan karena efek dari buku itu, cita-cita saya pun berubah, yaitu ingin menjadi astronot, atau paling tidak bisa bekerja di NASA. Hohoho, kayaknya gak mungkin banget, tapi namanya juga cita-cita, sah-sah aja donk. <br />
Beranjak dewasa, wawasan saya mengenai dunia luar semakin bertambah, dan ini mempengaruhi cita-cita saya pula. Waktu awal-awal SMA, saya cukup terobsesi dengan orang-orang bergelar "Prof". Oleh karena itu, waktu itu cita-cita saya adalah menjadi seorang profesor. Kemudian, waktu kelas 2 SMA, kebiasaan saya waktu kecil dulu terulang, yaitu membaca buku-buku sejarah. Namun, buku sejarah yang kali ini suka saya baca bukan sejarah mengenai manusia purba dan kerajaan Hindu-Budha, melainkan buku-buku mengenai kemerdekaan bangsa Indonesia. Bukunya Pak Abubakar Lubis mengenai perlawanan mahasiswa Ika Daigaku Jakarta saya lahap. Bukunya Pak Tjokropranolo tentang biografi Jenderal Sudirman tuntas tidak sampai seminggu, padahal bukunya lumayan tebal. Bukunya Mayjen T.B. Simatupang yang berjudul "Laporan dari Banaran" sukses saya baca. Hingga buku-buku Pak A.H. Nasution yang berjudul "Sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia", yang semuanya ada sekitar 8 jilid, semuanya habis saya baca. (akibat membaca buku pak Nasution ini, saya waktu itu sangat berkeinginan untuk membaca buku beliau lainnya yang berjudul "The Geurilla Warfare", tapi sampai saat ini tidak kesampaian). Dari buku-buku ini, saya pun menjadi familiar dengan tokoh-tokoh yang mungkin tidak dikenal oleh teman-teman saya (gak sombong), seperti Letkol dr. Eri Sudewo, Ibrahim Datuk Tan Malaka, Amir Syarifuddin, dll. Saya waktu itu pun sangat hafal mengenai kronologi peristiwa yang terjadi di bumi Indonesia ini antara tahun 1945-1949. Dan perlu diketahui, buku-buku ini di perpustakaan SMA-ku disimpan di lemari khusus, dan sepertinya sayalah peminjam pertama buku-buku itu, hehehe cukup bangga. Dampak lain dari buku-buku di atas adalah saya menjadi orang yang sangat berjiwa nasionalis. Sekadar cerita, pernah suatu hari (waktu SMA kelas 2) saya pergi ke warung di waktu malam. Dalam perjalanan ke warung itu saya melewati kantor desa yang di depannya terdapat tiang bendera dengan bendera yang belum diturunkan. Menurut pengetahuan saya waktu itu, bendera merah-putih hanya boleh dikibarkan hingga matahari terbenam. Dengan gagah berani saya pun pulang membawa secarik kertas dan kemudian kembali lagi ke halaman kantor desa saya. Lalu saya turunkan bendera itu (tentunya sebelumnya hormat bendera dulu donk, hehehehe), saya lipat dengan rapi, lalu saya taruh di depan pintu kantor desa dengan meninggalkan secarik kertas di atasnya yang berisi tulisan "Pak, bendera merah putih hanya boleh dikibarkan hingga matahari terbenam. Tolong hormati bendera kita". Hwehehehehe, sepertinya tindakan saya cukup lebay, tapi itulah saya waktu itu yang sangat mengidolakan Jenderal Sudirman dan Jenderal Abdul Haris Nasution.<br />
Efek dari bacaan-bacaan saya di atas, saya pun mulai menyukai hal-hal berbau militer. Saya membaca buku mengenai teori perang milik Jenderal Von Clausewitz, saya membaca buku mengenai teori pertahanan negara, dan buku-buku militer lainnya. Ini pun membuat cita-cita saya menjadi sedikit frontal, yaitu pengen menjadi seorang Jenderal. Hahahahaha, ngeri kaleee. Dan cita-cita itu nyaris akan terwujud karena keluarga saya cukup mendukung saya untuk masuk Akabri. Namun, tidak disangka, tidak diduga, di kelas 3 SMA saya mendapat pencerahan yang membuat saya meninggalkan semua hal-hal konyol yang pernah saya lakukan di waktu kelas 2 SMA dulu. Dan ini pun mengubah cita-cita saya, menjadi "lurus-lurus saja", yaitu pengen jadi Insinyur. Dan bidang yang saya pilih adalah bidang perminyakan, dan ini cukup sesuai dengan realita. Di pertengahan masa kuliah, saya punya cita-cita lain, yaitu pengen jadi ahli geothermal yang ikut serta membangkitkan industri panas bumi di Indonesia. Ini karena kuliah panas bumi yang saya terima, baik dari geologi maupun dari TM. Sebenarnya, di masa-masa kuliah ini cita-cita saya cukup beragam sih, kadang-kadang pengen jadi dosen, kadang-kadang pengen langsung kerja, belum tentu lah, dan masih terus berubah-ubah. Dan akhir-akhir ini, karena pengaruh acara "Jendela Usaha" di TvOne, saya pun mempunyai cita-cita tambahan, yaitu pengen jadi Juragan Kambing, yang saya bayangkan sebagai seseorang dengan memakai kaos dalam berlengan, pake peci putih, pake sarung, pake sabuk warna hijau, di sampingnya ada gelas yang terbuat dari seng dan berisi teh, didampingi oleh pisang goreng, dan kemudian ada seseorang datang dan berkata kepada saya, "Pak Haji, itu ada yang pesen kambing 50 ekor, katanya sih mau buat stok daging kurban. Pak Haji mau jual berapa??". Hahahaha, ini namanya nikmatnya hidup, hahahaha..<br />
Itulah, seperti halnya hidup saya yang insyaAlloh masih akan berjalan, cita-cita saya pun akan terus berjalan, tapi belum saya ketahui, dia mau jalan ke mana....<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">NB: tulisan ini terinspirasi oleh hasil obrolan dengan teman-teman beberapa hari kemarin.</div></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-64198230747299153372010-06-10T06:18:00.000+07:002010-06-10T06:18:00.958+07:00Zuhud untuk Orang Kaya<div style="text-align: justify;">Zuhud sering diartikan dengan sikap lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Artinya, orang yang zuhud akan mencurahkan sebagian besar perhatiannya untuk urusan akhirat, yaitu dengan ibadah dan taqorub kepada Alloh, sedangkan kehidupan dunia hanya secukupnya untuk menunjang ibadah. Oleh karena itu, sering orang membayangkan kalau orang zuhud (zahid) itu miskin, tidak punya harta, karena pekerjaannya tiap hari hanyalah ibadah. Kemudian timbul pertanyaan, bisakah orang yang kaya itu zuhud? Ustadz Mundzir hafidzohulloh pernah menerangkan hal ini dengan mengikut perkataan Imam Ahmad rohimahulloh. Beliau menceritakan bahwa Imam Ahmad rohimahulloh pernah ditanya tentang hal ini, dan beliau menjawab, "orang kaya bisa zuhud jika dia tidak menjadi senang ketika hartanya bertambah dan tidak sedih ketika hartanya berkurang". Jadi dia tidak memikirkan apa yang terjadi dengan hartanya, meskipun tentu saja dia tetap bersyukur dengan pemberian Alloh itu. Kemudian Ustadz juga memberi contoh ulama-ulama besar yang menjadi pedagang/pengusaha sukses, seperti Utsman bin Affan, Abdurrohman bin Auf, Imam Abdulloh ibnu Mubarok, dan Imam Malik bin Anas. Jadi, mau kaya, mau miskin, keadaan ini tidak akan menghalangi orang yang beriman untuk tetap zuhud dan mengutamakan apa yang akan dijumpainya kelak di akhirat kelak.<br />
</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-33428254749031304652010-06-04T13:32:00.000+07:002010-06-04T13:32:10.805+07:00Tawas, Penghilang Bau Badan yang Alami<div style="text-align: justify;">Tawas, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut "Alum" adalah suatu kristal sulfat dari logam-logam seperti lithium, potassium, calcium, alumunium, dan logam-logam lainnya. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan suhu. Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. Selain itu, tawas juga digunakan sebagai deodorant, karena sifatnya antibakterinya.<br />
</div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;">Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan mengenai pemakaian larutan tawas sebagai deodorant alami. Resep ini saya dapatkan dari nenek saya. Lain halnya dengan deodorant-deodorant komersial yang ada sekarang ini, larutan tawas tidak berfungsi untuk mencegah keluarnya keringat. Dengan memakai tawas, keringat tetap saja keluar dari ketiak, tetapi tidak timbul bau khas ketiak yang aduhai. Jadi, walaupun basah, keteknya gak bau (hal ini sudah dibuktikan oleh penulis dengan cara mencium ketiaknya sendiri yang sedang penuh keringat, hehehehehe). Dan hal ini lebih saya sukai daripada deodorant komersial itu (baca: rexona), yang dalam iklannya menggembar-gemborkan bahwa dengan memakai r***na, ketiak tidak akan berkeringat walaupun habis lari-lari. Menurut saya, keringat yang keluar dari ketiak itu merupakan hal alami, dan tidak boleh dicegah karena bisa saja hal itu menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan, seperti halnya kalau kita menahan-nahan pipis. Biarkan saja keluar keringat itu, yang penting tidak bau. </div><div style="text-align: justify;">Selain itu, perlu diketahui bahwa tawas ini tidak memberi aroma yang wangi, tetapi memberi aroma tawar, alias tidak berbau apa-apa. Dan ini lebih saya sukai dibanding aroma-aroma wangi yang lebay. Kalau ingin wangi, bisa saja memakai parfum lain.<br />
Lalu, bagaimana cara menyiapkan larutan tawas itu sehingga mudah dipakai. Saya memiliki cara sebagai berikut:<br />
1. Menyiapkan tawas yang sudah ditumbuk. Semakin kecil butiran tawasnya semakin baik, karena akan mempermudah proses pelarutan dalam air. Tawas sendiri bisa dengan mudah dibeli di pasar-pasar tradisional dengan harga yang terjangkau.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQMQtNI8t4MOJRo1HxGMI7CAYaPUm_oDgLCNjv2LCrTN6KFhuNF56B80ywRBzHav-7ow6xymTM0Y_kvbSE2WwEJW9svQY_IKZXXPkDlBaTaaoIfcAdkDSX9gQ0fauSxlspReio2tO4hhU/s1600/Image(708).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQMQtNI8t4MOJRo1HxGMI7CAYaPUm_oDgLCNjv2LCrTN6KFhuNF56B80ywRBzHav-7ow6xymTM0Y_kvbSE2WwEJW9svQY_IKZXXPkDlBaTaaoIfcAdkDSX9gQ0fauSxlspReio2tO4hhU/s200/Image(708).jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
2. Siapkan botol semprot, misal seperti yang ada pada gambar di bawah ini. Bisa juga menggunakan botol-botol lain. Penggunaan botol ini bertujuan untuk memudahkan kita dalam menghantarkan si larutan tawas itu ke ketiak kita (seperti kita tau, ketiak kita berada pada posisi yang melawan gaya gravitasi, sehingga sulit dijangkau oleh cairan tanpa menyebabkan cairan itu muncrat ke mana-mana).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3R7pQt7gpcpsnqyyXpcGrP0u78tlNuTIetS6VngMFrteZFkEPaWjbUIsmu6P_GrTaYcphPe_TcvGrR4tuzAn6dDUuiQUeoOLrAYXOCUsNP1H9KnFxsh9NGyltxrr8fUvXaTRe2hfmCrs/s1600/Image(709).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3R7pQt7gpcpsnqyyXpcGrP0u78tlNuTIetS6VngMFrteZFkEPaWjbUIsmu6P_GrTaYcphPe_TcvGrR4tuzAn6dDUuiQUeoOLrAYXOCUsNP1H9KnFxsh9NGyltxrr8fUvXaTRe2hfmCrs/s200/Image(709).jpg" width="200" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;">3. Masukkan air tawar ke dalam botol semprot tersebut, bisa sampai penuh, bisa juga setengahnya, tergantung selera. Setelah itu, masukkan kristal tawas secukupnya ke dalam botol. Anda dapat menggunakan prinsip kelarutan untuk mengukur seberapa banyak tawas yang dibutuhkan, relatif terhadap jumlah air dalam botol. Jangan sampai tawas yang digunakan terlalu banyak karena akan membuat larutan di dalam botol menjadi "saturated" dan larutan "saturated" itu lebih berpotensi menimbulkan "scaling" di dalam sistem pompa botol semprot. <br />
4. Setelah ditutup, kemudian botol digoncang-goncangkan untuk lebih mempermudah terjadinya pelarutan. Bisa juga ditunggu beberapa waktu hingga semua tawas larut dan larutan tawas siap untuk digunakan. Larutan tawas ini bisa digunakan setelah mandi dengan cara menyemprotkannya ke ketiak dan bagian tubuh lain. InsyaAlloh, setelah disemprot dengan tawas, ketiak Anda akan tidak berbau sepanjang hari walaupun penuh keringat. Selamat mencoba. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-6876650558437050672010-06-03T12:55:00.000+07:002010-06-03T12:55:25.410+07:00What They Think is Beyond What People Think<div style="text-align: justify;">Kemarin saya melihat siaran berita di salah satu stasiun TV yang menayangkan komunikasi antara para relawan Gaza yang telah diselamatkan dan ada di Amman, Yordania, dengan keluarga mereka di tanah air. Ada satu hal menarik yang saya dapatkan ketika mengamati pembicaraan antara pembaca berita dengan sang relawan ataupun dengan keluarganya.<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">Ketika si pembaca berita bertanya kepada relawan,"Setelah kejadian ini apakah Anda akan kembali lagi ke Gaza untuk menyalurkan bantuan lagi?", sang relawan menjawab,"InsyaAlloh, saya akan kembali lagi". Demikian pula ketika pembaca berita bertanya kepada keluarga relawan ini,"Apakah jika suami Anda ingin kembali menyalurkan bantuan lagi ke Gaza, Anda akan mengizinkannya?" maka keluarga relawan itu pun menjawab,"InsyaAlloh, saya izinkan".<br />
Sebagai orang biasa, saya tidak habis pikir, apa yang ada di dalam benak para relawan itu dan juga keluarganya, mengapa mereka begitu gigih untuk terus berusaha menyalurkan bantuan kepada rakyat Gaza, setelah tragedi yang berlangsung kemarin itu. Mungkin ini juga yang ada di pikiran si pembaca berita. Bisa jadi mereka heran atas jawaban sang relawan ataupun keluarganya ketika ditanya dengan hal demikian. Orang biasa tentunya akan berpikir berpuluh-puluh kali untuk kembali lagi ke dalam suasana penuh bahaya seperti itu, suasana mencekam ketika sekelompok pasukan khusus terjun dari helikopter dengan membawa senapan otomatis ke dalam kapal pengangkut bantuan kemanusiaan. Tapi itulah, para relawan itu bukan orang biasa. Mereka adalah orang yang luar biasa, begitu pun keluarga mereka.<br />
Lalu saya pun bertanya-tanya, mengapa mereka memiliki kegigihan yang luar biasa, hal apa yang membuat mereka tidak kenal kata menyerah untuk terus berusaha menyalurkan bantuan kepada saudara-saudara kita di Gaza. Suatu perbuatan yang disertai kesadaran itu membutuhkan suatu motivasi. Dan tindakan besar itu pastilah disertai dengan motivasi yang besar pula. Lalu apa sih motivasi yang terbesar itu?? Jika motivasi para relawan itu adalah hal-hal yang berbau duniawi, tidak mungkin kegigihan mereka akan sebesar itu, karena taruhan mereka adalah nyawa. Jadi, yang paling mungkin mendorong mereka untuk mau mengorbankan nyawa demi saudara-saudara seiman di Gaza adalah keyakinan mereka. Mereka yakin bahwa apa yang dilakukan itu akan mereka petik di akhirat kelak, oleh karena itu kematian bukanlah penghalang bagi tekad mereka. Itulah motivasi terbesar dalam hidup ini, yaitu iman terhadap kehidupan di masa yang akan datang, hari akhirat. <br />
Dan motivasi semacam ini nampaknya telah mulai berkurang dari hati-hati muslimin di negeri ini (termasuk saya), sehingga saya pun sempat heran akan kegigihan para relawan itu untuk mau mengorbankan nyawa mereka. Semoga saya menjadi seorang yang diberi motivasi itu, sehingga saya menjadi orang yang tidak lagi silau dengan gemerlapnya kehidupan di dunia ini, dan mau mengorbankan segalanya demi kehidupan akhirat kelak. Ya Alloh, kuatkanlah tali iman di dalam hatiku, amiin...</div></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-58981458051407965812010-06-02T10:26:00.000+07:002010-06-02T10:26:37.727+07:00Prihatin Atas Serangan Orang Yahudi, Prihatin Juga dengan Tanggapan Sebagian Kaum Muslimin Terhadapnya<div style="text-align: justify;">Beberapa hari terakhir ini, media cetak maupun elektronik tidak kosong dari berita mengenai penyerangan orang yahudi (Israel) terhadap kapal pengangkut bantuan kemanusiaan yang akan menuju jalur Gaza. Sebagai seorang muslim, tentu saja saya sangat prihatin dengan kejadian ini karena kapal itu sendiri ditujukan bagi saudara-saudara saya sesama muslim yang ada di Gaza. Keprihatinan juga saya tujukan bagi para relawan yang tewas tertembak oleh tentara yahudi la'natullohi 'alaihi yang setahu saya sebagian besar relawan yang tewas itu adalah muslim dari Turki. Selain prihatin, saya pun mengecam, mengutuk, dan melaknat tindakan biadab yang dilakukan orang-orang yahudi itu. </div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">Namun, ada satu hal yang lebih saya prihatinkan, yaitu tentang tanggapan sebagian muslimin atas kejadian ini. Mereka menganggap bahwa apa yang terjadi di jalur Gaza ini bukan mengenai masalah agama, tapi sudah menjadi tragedi kemanusiaan (humanisme). Saya sendiri bingung, apa sebenarnya yang mereka inginkan dengan pernyataan ini. Apakah yang mereka maksud adalah jika orang yahudi kemudian tidak lagi melakukan konflik dengan Muslimin Palestina dan tidak lagi menjajah rakyat Palestina berarti kita boleh untuk berwala'(berloyalitas) dengan mereka (yahudi), lalu kita mencintai mereka sebagaimana kita mencintai sesama muslim? Demi Alloh, apa yang terjadi antara yahudi dan muslimin itu adalah karena agama, bukan kemanusiaan, kenegaraan, ras, bangsa, ekonomi, teknologi, dan hal-hal lainnya. Hal-hal lainnya hanya menjadi penghias konflik saja. Ini adalah permasalahan agama, karena Alloh sudah menyatakan dalam Al Quran, Surat Al Maidah: 82 " Sesungguhnya kamu akan dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik", kemudian di dalam Surat Al Baqoroh: 120 "Orang-orang yahudi dan nasrani sekali-kali tidak akan rela kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". <br />
Alloh telah mengutuk orang yahudi dalam beberapa ayatNya, disebabkan kekafiran orang yahudi terhadap perintah Alloh. Mereka menentang perintah Alloh, menyiksa dan membunuh para utusan Alloh, mengubah-ubah ayat Alloh, tidak mau mengakui Muhammad Sholallohu'alaihi wasallam sebagai Rosululloh padahal mereka mengetahuinya, dan masih banyak kebejatan-kebejatan lain yang kita lakukan. Dan jika Alloh telah mengutuk mereka sebegitu kerasnya, sebagai muslimin sudah sepatutnya kita mengutuk mereka pula, dan tidak berwala' dengan mereka, bagaimanapun keadaannya, apakah mereka terlihat jahat ataupun baik, sebab kita tidak tahu apa yang sebenarnya mereka sembunyikan di dalam hati mereka, dan Alloh Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, dan itu sudah Alloh beritahukan kepada kita dalam ayat-ayatNya yang mulia. <br />
Saya mengkhawatirkan bahwa jika konflik antara yahudi dan muslimin di Palestina sudah dianggap sebagai konflik kemanusiaan, bukan konflik agama lagi, hal ini akan sesuai dengan kampanye-kampanye orang JIL(Jaringan Islam Liberal atau Jaringan Iblis La'natullohi 'alaihi), yang menganggap bahwa tiga agama samawi itu sama saja. Sehingga seandainya konflik ini berakhir dan terjadi perjanjian damai (dan saya yakin konflik antara yahudi dan muslimin tidak akan pernah berakhir hingga Nabi Isa 'alaihissalam turun), seakan-akan semuanya bisa kembali tenang, dan antara Muslimin dan yahudi bisa hidup dengan rukun, damai, saling mencintai, seakan-akan tidak ada batas di antara mereka. Wal'iyadzubillah.. Apakah mereka lupa dengan ayat-ayat Alloh yang menyatakan kebencian yahudi kepada muslimin??? Jika kemudian orang-orang muslim sudah menganggap ketiga agama samawi itu sama, saya khawatir orang muslim akan masuk ke dalam perangkap orang yahudi. <br />
Sudah sepatutnya, sebagai seorang muslim kita kembali kepada ayat-ayat Alloh dan Sunnah-sunnah Rosululloh ketika menghadapi fitnah seperti ini. Kita buang semua akal pikiran, perasaan, dan prasangka yang bertentangan dengan ayat-ayat Alloh. Dan jauhkanlah diri kita dari fitnah-fitnah orang berpaham liberal yang menganggap bahwa Islam, nasrani, dan yahudi itu sama saja karena merupakan agama samawi, wal'iyadzubillah.. Semoga Alloh menyelamatkan kaum muslimin dan menghancurkan yahudi. Amiin.....</div><div style="text-align: justify;"></div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8309572621641635431.post-72425944692540951252010-05-31T14:04:00.000+07:002010-05-31T14:04:49.405+07:00Ketika Budi Tak Berbalas<div style="text-align: justify;">Ketika kita membantu atau melakukan sesuatu hal baik untuk orang lain (misal dengan memberi sesuatu, meminjamkan uang, dan hal-hal baik lainnya) kadang-kadang kita secara implisit berharap agar perbuatan kita ini suatu saat akan kembali kepada kita. Tentu kita akan sangat gembira jika kita mendapat balasan yang baik tidak lama setelah kita melakukan kebaikan bagi orang lain. Namun bagaimana kiranya jika kebaikan kita ini ternyata tidak langsung dibalas, bahkan cuma dianggap angin lalu bagi orang yang kita tolong?? Tentu hal ini akan membuat kita kecewa, sedih, ataupun perasaan-perasaan tidak mengenakkan lainnya.</div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;">Jika itu terjadi, apakah berarti kita harus berhenti untuk berbuat baik untuk teman-teman atau saudara kita? Tidak, itu tidak boleh menghentikan aksi kita. Meskipun muncul perasaan seakan-akan apa yang kita lakukan itu tidak dianggap oleh teman kita kita perlu mengabaikan perasaan-perasaan itu. Lalu bagaimana agar kita tetap termotivasi untuk terus berbuat baik bagi saudara-saudara kita? </div><div style="text-align: justify;">Yang pertama harus kita tekankan pada diri kita adalah kita harus selalu mengikhlaskan niat kita untuk membantu itu karena Alloh, dan kita harus selalu berharap bahwa yang akan membalas perbuatan kita ini hanya Alloh semata. Jangan kita berharap mendapat balasan dari orang lain, karena hal itu tidak pasti terjadi. Dan jika terjadi, itu karena kehendak Alloh. Yang kedua, kita harus mengambil contoh dari para shahabat Rosululloh. Mereka memiliki suatu akhlak mulia yang disebut "itsar", yaitu mengutamakan orang lain dibandingkan diri sendiri. Hal ini terlihat pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, dari Abu Hurairoh, dia berkata,</div><div style="text-align: justify;">" Datang seorang pria menemui Rosululloh sholallohu'alaihi wasallam dan berkata:" Saya sedang susah", Kemudian Nabi sholallohu'alaihi wasallam mengutus kepada salah seorang istri beliau, kemudian ia berkata,"Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, yang kupunya hanyalah air putih." Kemudian beliau mengutus kepada istri yang lainnya, maka ia pun mengatakan seperti yang dikatakan istri yang pertama. sampai istri beliau seluruhnya mengatakan seperti itu:"Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, yang kupunya hanyalah air putih." Setelah itu Nabi sholallohu'alaihi wasallam bersabda, " Siapa yang akan menjamu orang ini nanti malam?" Salah seorang dari Anshor menyahut: "Saya wahai Rosululloh!" Kemudian ia bawa orang ini menuju kendaraannya. Ia katakan kepada istrinya:"Muliakan tamu Rosululloh sholallohu'alaihi wasallam!" Dalam sebuah riwayat, ia berkata kepada istrinya:"Apakah kamu mempunyai sesuatu?" Istrinya menjawab:"Tidak, kecuali makanan pokok anak-anak kita." Kata si suami:"Sibukkan mereka dengan sesuatu. Kalau mereka menginginkan makan mala, tidurkanlah mereka. Kemudian jika tamu kita telah masuk, matikanlah lampu dan perlihatkan kepada mereka seolah-olah kita sedang makan." Kemudian mereka duduk dan tamu itu pun menyantap makanannya. Pasangan suamu istri itu sendiri bermalam dalam keadaan lapar. Ketika pagi menjelang, sahabat ini menemui Rosululloh sholallohu'alaihi wasallam, dan beliau bersabda:"Sungguh Alloh merasa takjub terhadap perbuatan kalian berdua kepada tamu kaliah tadi malam". Dari hadits tersebut, tampak sekali bagaimana akhlak shahabat tersebut, yang rela membantu saudaranya hingga mengorbankan dirinya dan keluarganya (untuk merasa lapar semalaman). Mungkin kita belum sampai pada taraf itu, tetapi paling tidak kita bisa meniru semangat shahabat Anshor tersebut yang rela membantu tanpa pamrih, dengan hanya mengharap balasan dari Alloh, sehingga Alloh pun takjub pada perbuatannya. Dan yang terakhir, kita harus memiliki keyakinan bahwa mengutamakan orang lain itulah yang akan menyelesaikan permasalahan kehidupan bangsa kita. Saya sendiri yakin bahwa kerusakan-kerusakan yang timbul di bangsa ini salah satunya karena orang cenderung egois, lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Terjadi rebutan sembako, kemacetan jalan, rebutan tiket kereta api, tidak adanya kebudayaan antre, semua itu terjadi karena keegoisan masing-masing orang. Dan saya yakin, semua itu tidak akan terjadi jika masing-masing kita lebih mementingkan saudara kita, lebih menghargai saudara kita. </div><div style="text-align: justify;">Pokoknya, do something for other people lah, mirip kayak judul blog temen "berbagi untuk sesama", hehehehe...</div>Aditya Kurniawanhttp://www.blogger.com/profile/02477717272484952284noreply@blogger.com0