{Tulisan ini merupakan opini saya pribadi berdasarkan apa yang saya lihat. Mungkin ada hal yang benar, mungkin pula ada yang tidak sesuai kenyataan. Jika ada yang kurang sesuai, tulisan ini terbuka terhadap koreksi}
Majunya riset di suatu negara merupakan salah satu parameter keunggulan negara tersebut, terutama di bidang pengetahuan. Riset juga bisa dijadikan parameter keunggulan SDM dan tingkat pendidikan. Di Indonesia, lebih khusus lagi di ITB, atau lebih tepatnya di Teknik Perminyakan, riset belum dilaksanakan dengan optimal. Memang, selama ini banyak dilakukan proyek-proyek yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan minyak.Namun, proyek tentu saja tidak sama dengan riset. Dalam proyek, metode atau teknologi yang digunakan biasanya yang sudah ada, sehingga minim inovasi. Lalu bagaimana dengan TA yang dilakukan mahasiswa?? Meskipun ada TA yang bersifat riset, jumlahnya tidaklah banyak, ataupun riset yang dilakukan dalam TA kurang intensif, sehingga TA-nya pun kurang inovatif.
Riset dapat didefinisikan sebagai "the search for knowledge or as any systematic investigation, with an open mind, to establish novel facts, usually using a scientific method."(Wikipedia). Kata kuncinya adalah: systematic, novel, scientific method. Jadi riset harus dilakukan secara sistematik, menghasilkan hal baru (inovasi), dan berdasarkan metode saintifik.Ketika riset dilakukan dengan optimal, maka akan diperoleh inovasi-inovasi yang orang lain belum memilikinya. Oleh karena itu, riset dapat menuntun kepada suatu kemandirian, terutama di bidang teknologi. Mungkin hal inilah yang membuat Indonesia masih tergantung kepada bangsa lain di bidang teknologi, yaitu karena kurang optimalnya riset di negeri ini, dalam kasus ini di bidang Teknik Perminyakan di Indonesia.
Terdapat berbagai penyebab mengapa riset di TM kurang optimal:
1. Mahasiswa kurang diberi dorongan untuk tertarik kepada riset. Mungkin karena riset membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama sehingga sedikit mahasiswa yang tertarik untuk melakukannya. Selain itu, seseorang yang ingin melakukan riset harus mau berkutat dengan buku referensi, jurnal, makalah, dan referensi-referensi lain yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti. Kebanyakan mahasiswa kurang menyenangi hal ini. Mereka lebih menyukai permasalahan-permasalahan praktis, yang mudah dikerjakan.
2. Peralatan pendukung riset tidak memenuhi syarat. Sebagai mahasiswa TM-ITB, kita semua tahu lah kondisi lab AFR, lab Petro dan Lab lainnya. Hal ini tentu saja akan menghambat suatu kegiatan penelitian. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap semua ini??Tentu saja hal ini berbeda jauh dengan yang ada di KFUPM (http://www.kfupm.edu.sa/pet/pe_laboratories.htm).
Mungkin baru dua hal itu yang bisa saya identifikasi yang menjadi penyebab kurang gregetnya kegiatan riset di TM-ITB. Semoga segera ditemukan solusinya oleh pihak-pihak berwenang.
Majunya riset di suatu negara merupakan salah satu parameter keunggulan negara tersebut, terutama di bidang pengetahuan. Riset juga bisa dijadikan parameter keunggulan SDM dan tingkat pendidikan. Di Indonesia, lebih khusus lagi di ITB, atau lebih tepatnya di Teknik Perminyakan, riset belum dilaksanakan dengan optimal. Memang, selama ini banyak dilakukan proyek-proyek yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan minyak.Namun, proyek tentu saja tidak sama dengan riset. Dalam proyek, metode atau teknologi yang digunakan biasanya yang sudah ada, sehingga minim inovasi. Lalu bagaimana dengan TA yang dilakukan mahasiswa?? Meskipun ada TA yang bersifat riset, jumlahnya tidaklah banyak, ataupun riset yang dilakukan dalam TA kurang intensif, sehingga TA-nya pun kurang inovatif.
Riset dapat didefinisikan sebagai "the search for knowledge or as any systematic investigation, with an open mind, to establish novel facts, usually using a scientific method."(Wikipedia). Kata kuncinya adalah: systematic, novel, scientific method. Jadi riset harus dilakukan secara sistematik, menghasilkan hal baru (inovasi), dan berdasarkan metode saintifik.Ketika riset dilakukan dengan optimal, maka akan diperoleh inovasi-inovasi yang orang lain belum memilikinya. Oleh karena itu, riset dapat menuntun kepada suatu kemandirian, terutama di bidang teknologi. Mungkin hal inilah yang membuat Indonesia masih tergantung kepada bangsa lain di bidang teknologi, yaitu karena kurang optimalnya riset di negeri ini, dalam kasus ini di bidang Teknik Perminyakan di Indonesia.
Terdapat berbagai penyebab mengapa riset di TM kurang optimal:
1. Mahasiswa kurang diberi dorongan untuk tertarik kepada riset. Mungkin karena riset membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama sehingga sedikit mahasiswa yang tertarik untuk melakukannya. Selain itu, seseorang yang ingin melakukan riset harus mau berkutat dengan buku referensi, jurnal, makalah, dan referensi-referensi lain yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti. Kebanyakan mahasiswa kurang menyenangi hal ini. Mereka lebih menyukai permasalahan-permasalahan praktis, yang mudah dikerjakan.
2. Peralatan pendukung riset tidak memenuhi syarat. Sebagai mahasiswa TM-ITB, kita semua tahu lah kondisi lab AFR, lab Petro dan Lab lainnya. Hal ini tentu saja akan menghambat suatu kegiatan penelitian. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap semua ini??Tentu saja hal ini berbeda jauh dengan yang ada di KFUPM (http://www.kfupm.edu.sa/pet/pe_laboratories.htm).
Mungkin baru dua hal itu yang bisa saya identifikasi yang menjadi penyebab kurang gregetnya kegiatan riset di TM-ITB. Semoga segera ditemukan solusinya oleh pihak-pihak berwenang.