Hari Sabtu kemarin saya berkesempatan mengunjungi masjid Salman guna melakukan observasi dan wawancara untuk keperluan tugas kuliah rekayasa lingkungan. Selama observasi tersebut, saya dan tim ditemani oleh salah seorang pegawai masjid, sebut saja Kang HD. Beliau ini begitu sabar untuk diwawancara oleh kami, menemani kami melakukan observasi tentang instalasi daur ulang air wudhu di salman(sampai naik-naik ke atap tempat wudhu yang ada di Salman), hingga mencarikan data-data lain yang kami butuhkan untuk membuat makalah.
observasi instalasi daur ulang air wudhu Salman
Di sela-sela kegiatan tersebut (pas mau selesai), salah satu teman saya nyeletuk,"Waduh kang, maaf nih, kami jadi ngeropotin gini". Si Akang malah menjawab,"Orang kerja di Salman ini kan untuk mengabdi buat masyarakat, jadi kudu mau direpotin. Kalau gak mau direpotin ya gak usah kerja di sini, hehehe". Jawaban yang cukup simpel, tapi bagiku sangat bermakna. Aku berpikir, kata-kata seperti itu bisa keluar dari pegawai Salman yang notabene bukan pejabat. Bisa dibayangkan bagaimana pembinaan akhlak yang dilakukan di sana. Bandingkan dengan orang-orang dengan slogan "pengabdian.. pengabdian..", tapi slogan itu cuma jadi slogan belaka, tanpa ada realisasi.
Dan singkat cerita, di akhir observasi itu, kami pun bermaksud untuk memberikan sedikit bingkisan sebagai tanda terima kasih buat Akang HD yang udah bersedia "direpotin" oleh kami. Namun, beliau malah menolak, dengan betul-betul menolak (kan biasanya ada orang yang klo dikasih tuh awalnya bilang "gak usah" dua kali, tapi yang ketiganya bilang terima kasih sambil ngambil tuh bingkisan). Ini juga merupakan bagian dari akhlak mulia, yaitu menolak pemberian dari orang lain di luar gaji yang berhak ia peroleh....
Akhlak mulia memang indah. Barang siapa berhias dengan akhlak mulia, sungguh dia telah memakai perhiasan yang paling indah di dunia ini.
No comments:
Post a Comment