April 18, 2010

Masalah Riset di Bidang Perminyakan di Indonesia

Yang saya lihat sekarang ini, masih terdapat masalah yang terkait dengan riset yang dilakukan di Indonesia ini, khususnya mengenai bidang perminyakan dan sumber energi lain. Masalah tersebut antara lain:

1. Kurangnya riset dasar (basic research)
Ini bisa dilihat dari publikasi-publikasi yang dihasilkan oleh para periset di Indonesia ini, jarang yang fokus pada ilmu dasar yang mendasari teknologi perminyakan. Kebanyakan riset yang dilakukan adalah applied research yang hasilnya langsung bisa diterapkan. Memang, basic research itu terasa seperti eksplorasi (keluar uang mulu, risiko besar, tidak langsung terasa hasilnya, hasilnya pun belum tentu), tetapi dengan pengertian yang didapat dari basic research, applied yang akan dilakukan juga akan lebih baik dan lebih mantap (hasil dari applied research tidak mengambang, karena hanya berdasar pada hasil basic research orang lain). Contoh kasus, adalah penelitian mengenai polymer flooding. Kebanyakan orang berminat pada berapa tambahan perolehan minyak yang bisa didapat dengan menginjeksikan polymer ini.Oleh karena itu, para periset langsung melakukan penelitian mengenai polymer flooding ini, baik dengan pemodelan di laboratorium maupun dengan simulasi. Namun mereka melupakan basic research mengenai polymer flooding ini, seperti riset mengenai material polymer-nya, atau riset mengenai mekanisme di reservoirnya, dll. Oleh karena itu, agar riset yang dilaksanakan di Indonesia bisa bersaing dengan riset dari negara-negara lain, perlu dilakukan studi pada bidang-bidang yang menunjang riset tersebut terlebih dahulu. Salah satu riset yang cukup berhasil yang pernah saya lihat adalah mengenai surfactant flooding yang dilakukan di ITB. Para perisetnya (salah satunya dosen saya) meneliti hingga material surfactant-nya, dan hasilnya pun cukup memuaskan dan mantap. 

2. Kurangnya minat mahasiswa untuk melakukan riset

Riset, dari sisi perisetnya, memerlukan tiga syarat, yaitu: kecerdasan, ketekunan, dan rasa ingin tahu. Dan jarang sekali ketiga syarat ini bisa terkumpul pada satu orang (khususnya di Indonesia Tepatnya Bandung (ITB)). Oleh karena itu, ketiga hal ini harus dipupuk di dalam jiwa-jiwa para mahasiswa sejak dari SD, bahkan TK, yaitu dengan cara membiasakan anak-anak membaca buku ilmiah, membiasakan anak berdiskusi, dan membiasakan anak untuk "BERPIKIR". Saya cukup kagum dengan pernyataan salah seorang peneliti di Lembaga Eijkman, ketika ditanya alasannya untuk kuliah sampai S3, dan kemudian menjadi peneliti di lembaga tersebut. Dan jawabannya, bahwa yang mendorongnya untuk melakukan semua hal tersebut hanyalah rasa ingin tahunya. Hebat..

3 comments:

  1. orang indonesia kayae yang kurang ketekunan ga c...

    berkunjung n follow :)

    ReplyDelete
  2. betul, pengennya apa-apa instant (saya juga, hehehe...). Tapi, mulai dari diri sendiri, kita harus memperbaiki bangsa ini..

    ReplyDelete
  3. 3m, mulai dr diri sendiri, dr yg kecil2, dan mulai saat ini..

    mas follow blog ku juga dunk hehe :')

    ReplyDelete