May 13, 2010

Manfaat Kuliah Lingkungan Bagi Mahasiswa ITB

Sejak diberlakukannya kurikulum 2008 di ITB, tiap program studi diwajibkan untuk menyelenggarakan mata kuliah tentang lingkungan bagi mahasiswanya sebanyak 3 sks. Hal ini berlaku pula pada program studiku. Namun, berhubung di Teknik Perminyakan kekurangan dosen dan tidak ada mata kuliah tentang lingkungan, para mahasiswa dipersilakan untuk mengambil mata kuliah tersebut di jurusan lain, yaitu di Teknik Lingkungan. Aku sendiri mengambil mata kuliah tentang lingkungan pada semester genap 2009-2010. Mata kuliah yang kuambil adalah rekayasa lingkungan.

Diwajibkannya mata kuliah ini bisa saja menjadi manfaat, yaitu untuk menambah nilai, ataupun bisa menjadi beban tambahan. hal ini tentu saja tergantung pada bagaimana cara si mahasiswa menyikapinya. Bagiku, mata kuliah ini perlu dilihat dari sudut pandang lain, dan tidak melulu hanya soal nilai. Mata kuliah ini telah membuka wawasan dan memberi paradigma baru kepadaku dalam menyikapi permasalahan lingkungan. Sebelum mengambil mata kuliah ini, aku termasuk orang yang skeptis mengenai lingkungan. Ketika melihat iklan dari Greenpeace dan LSM lingkungan lain di TV (misal aksi mengenai Earth Hour, Anti Plastic Bag, dll) aku cenderung acuh dan menganggap bahwa aksi yang mereka lakukan itu tidak akan berdampak yang berarti. Lalu aku juga menganggap bahwa permasalahan lingkungan itu tidaklah terlalu rumit (sok menganggap kalau yang dipelajari di jurusanku jauh lebih sakti dan mengerikan.. beeuuh). Aku pun menganggap bahwa permasalahan lingkungan hanya berkisar pada polusi dan sampah. Selain itu, aku pun beranggapan kalau apa yang dipelajari di teknik lingkungan dan yang dipelajari di jurusanku bertentangan. Maksudnya, yang dipelajari di jurusanku cenderung merusak lingkungan, sementara teknik lingkungan itu mendewakan lingkungan (lingkungan sama sekali tak boleh diganggu). Anggapan ini aku peroleh dari para aktivis lingkungan yang sepertinya berusaha untuk menghentikan kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan.
Semua teka-teki di atas terjawab semua setelah aku mengambil mata kuliah Rekayasa Lingkungan. Ternyata apa yang aku pahami selama ini mengenai permasalahan lingkungan agak cukup sedikit keliru (meniru gaya komentarnya Susi Susanti). Juga terlihat bahwa wawasanku tentang permasalahan lingkungan masih sangat sempit. Permasalahan lingkungan ternyata tidak hanya berkutat sekitar sampah dan polusi. Ada permasalahan lain yang dibahas seperti pengolahan air bersih, sistem drainase, dll.
Selain itu, pendekatan yang diajarkan dalam kuliah ini untuk mengatasi permasalahn lingkungan adalah pendekatan yang aku sebut "bunuh rayapnya, tapi jangan bakar mejanya". Maksudnya apa? Mungkin bisa dijelaskan dengan contoh kasus berikut. Suatu PLTU batubara menghasilkan polusi udara berupa CO2, CO, SO2, asap, dll. Untuk mengatasi masalah polusi akibat PLTU bukanlah dengan menutup PLTU, tetapi dengan menggunakan pendekatan rekayasa yang dapat mengurangi buangan gas hasil pembakaran batubara ke atmosfer tanpa harus menutup PLTU-nya. Masih banyak contoh-contoh kasus lainnya.
Kuliah ini berhasil memberi wawasan baru bagiku selama kuliah di ITB, menyusul wawasan-wawasan lain yang aku dapat sebelumnya, seperti sains, keteknikan, sosial, ekonomi, dan manajemen. Bertambahnya wawasan ini tentu saja akan mempengaruhi sikapku dalam mengambil suatu tindakan di masa depan, ketika aku telah menjadi seorang insinyur, yaitu dengan memasukkan aspek lingkungan sebagai salah satu pertimbangannya. Begitu juga terhadap kehidupanku sehari-hari. Wawasan tentang lingkungan ini telah menggugah kesadaranku untuk lebih memberi perhatian pada kondisi lingkungan, baik untuk saat ini maupun untuk masa depan ketika aku sudah berkeluarga, Insya Alloh.
Mungkin itulah sekelumit kesan dan manfaat yang aku peroleh dari kuliah Rekayasa Lingkungan yang aku ambil di semester ini.










sistem pengolahan air, dipelajari juga dalam kuliah rekayasa lingkungan

No comments:

Post a Comment